Notification

×

Iklan

Iklan

Peringati 100 Tahun Sitor Situmorang, Sanggar Seni Jolo New Samosir Gelar Diskusi Publik dan Opera Batak

17 Feb 2025 | 17:25 WIB Last Updated 2025-02-17T10:36:32Z


GREENBERITA.com- Memperingati 100 tahun Sitor Situmorang, Sanggar Tari Jolo New Samosir bersama Pelestari Opera Batak Thompson Hs menggelar pelatihan, diskusi publik dan Opera Kolosal Batak Pulo Batu di Samosir dimulai pada Rabu, 12 Februari 2025 di lokasi pemakaman Sitor Situmorang, Desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir Sumatera Utara.

Sitor Situmorang merupakan sastrawan dan penyair Indonesia dari Angkatan 45 yang lahir di Desa Harian Boho, Samosir pada 02 Oktober 1924 dan meninggal di Apeldoorn, Belanda pada 20 Desember 2014. Sebelum dimakamkan di tanah kelahirannya pada 01 Januari 2015 jasadnya disambut di Jakarta oleh Pemerintah Pusat Indonesia dan disemayamkan selama tiga hari di Galeri Nasional Jakarta, sekaligus untuk pelaksanaan adat secara Batak Toba. 


Ketika itu penyambutan terhadap jasad Sitor Situmorang dan rombongan keluarga dari Jakarta juga dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dipimpin langsung oleh Gubsu dan Pangdam II Bukit Barisan di bandara Kualanamu, Deli Serdang pada malam menjelang akhir tahun 31 Desember 2014. 


Di Bona Pasogit, persiapan penyambutan di Samosir sudah dilakukan tiga hari sebelumnya oleh keluarga, masyarakat Harian Boho, komunitas spiritual-Batak, dan Pemerintah Kabupaten Samosir. Semua bentuk penyambutan itu membuktikan Sitor Situmorang adalah milik Indonesia, juga Sumatera Utara, dan Tanah Batak (khususnya Samosir). 


Menjelang peringatan ulang tahun ke-85 di Jakarta dan Medan bahwa dia bukan hanya milik Indonesia. Namun juga milik Sumatera Utara dan Tanah Batak. Sehingga salah satu pesannya untuk pulang dan kelak dimakamkan di tanah kelahirannya sudah terwujud. Sitor Situmorang dimakamkan di kompleks pemukiman keturunan Ompu Babiat Situmorang, ayah Sitor Situmorang. Di sampingnya turut dimakamkan tulang-belulang istri pertama yang juga dibawa dari Jakarta. 


Hal tersebut juga dibenarkan oleh Sastrawan Batak Thompson Hs ketika berbincang dengan greenberita di rumah keluarga Sitor Situmorang di Desa Turpuk Limbong Kecamatan Harian.


"Jadi mulai tahun lalu persiapan-persiapan untuk 2 Oktober sudah mulai dilakukan. Dan di Belanda, di Prancis, di Italia, di Jawa, di Jakarta, di Balige, di Bali, di Dolok Sanggul sudah dilaksanakan perayaaan ini dengan inisiatif orang-orang yang betul betul kenal Sitor sebagai sastrawan 45. Tapi kita karena Sitor juga salah satu pendiri pusat latihan opera Batak di Siantar. Oh, iya. Kita melihat sudut pandang opera bataknya karena Sitor punya karya opera Batak juga selain hampir seribu puisi ya kan. Tapi ada juga karya opera bataknya membuat drama juga. Dari situlah sudut pandang kita mempersiapkan perayaan ini yang perlu juga dilakukan di Samosir sebagai tempat lahir dan dimakamkan," jelas Thompson Hs.


Menurut pelestari Opera Batak ini, Sitor Situmorang awalnya adalah seorang wartawan, oleh media nya dia dikirim ke Jogja untuk meliput gejolak revolusi dan mulai dari situ dia sudah menulis.


"Kebiasaannya membaca sangat tinggi dan sudah diketahui dari sejak awal. Dia kan dari Harian Boho ini pergi ke Balige sekolah. Dari Balige ke Sibolga dan Sibolga ke Tarutung. Ya, dari situ dia ke SMA, ke Jakarta. Jadi literasinya sudah cukup kuat. Tapi dalam catatan-catatan resmi, tahun 40-an lah. Sehingga dia disebut angkatan 45," jelas Thompson Hs.


Diceritakannya, seorang Sitor Situmorang mempunyai kepribadiannya sederhana walaupun telah melegenda di nasional dan dunia sehingga harus dibuat semacam makam yang lebih ya representatif sebagai seorang tokoh sastrawan.


"Ya, ini memang dia orangnya sederhana, ya. Setiap datang dulu, mulai 2005 memang sederhana tidak macam-macam. Kalau kita pun kasih aksesoris yang wah, oh tidak. Sudah ada di sini, gitu ya. Sudah ada di sini. Jadi memang dia sudah memilih. Karena dia memang sebagai pengikut Soekarno, dia marhaenis. Dia sederhana, dia tidak perlu yang megah. Jadi kalau bisa kita bocorkan malahan sebelum meninggal dia kalau bisa saja dikremasi saja, tapi karena mungkin dikaitkan bahwa dia secara simbolisasi, keturunan raja tidak tradisi kremasi itu belum sejalur buat kita kan. Sebenarnya tidak untuk memberatkan. Siapa saja dia dengan minta kremasi itu sebenarnya. 


Sementara itu, Pemimpin Sanggar Seni Jolo New Samosir Perri Sagala SPd, M.Sn membenarkan pihaknya telah dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penerima 'Dana Indonesiana' sebagai pihak yang menggelar Perayaan Seratus Tahun Sitor Situmorang dengan karya-karyanya.


"Selain Diskusi Publik, kita juga menggelar pelatihan dan penggelaran Opera Batak karya Sitor Situmorang yaitu Pulau Batu. Dan terima kasih luar biasa kepada dana indonesiana sudah percaya kepada Sanggar Seni Jolo New yang saya bina, yang saya pimpin kurang lebih 18 tahun, jadi perjuangan selama 7-8 tahun kita mengirimkan proposal kepada Kementerian baru tahun 2024 dikabulkan setelah 8 kali," ujar Perri Sagala.


Menurutnya, Sanggar Jolo New mempunyai kerinduan untuk peningkatan kualitas potensi diri anak-anak siswa di Samosir melalui pemberdayaan publik dengan karya Sitor Situmorang. 


"Jadi yang mau saya sampaikan adalah bagaimana generasi muda mulai dari tingkat SD, SMP, SMA terlibat dalam karya ini. Tujuannya adalah mengembangkan potensi diri, kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengenal karya-karya Sitor Situmorang dan yang ketiga adalah bagaimana mereka mencintai budayanya sendiri melalui opera Batak," jelas Perri Sagala.


Penggerak seni tari dan Kepala Sekolah SMK Negeri Simanindo ini juga menjelaskan peserta dari pelatihan dan Opera Batak dari tiga sampel di kecamatan.  


"Yaitu Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu SMP Sianjur Mula-mula, SMA Sianjur Mula-mula dan SD nya juga ada. Ada 2 SD yang ada di Sianjur Mula-mula. Kemudian yang di pangururan, ada SD Lumban Suhi, ada tiga orang. Kemudian ada SMP dan ada SMA 2 Pangururan, ada SMA 1 pangururan, ada SMA St. Michael, Pangururan. Kalau di kecamatan Harian, itu ada SMA 1 Harian.Jadi, semuanya berjumlah 40 orang. Nah, karena memang dibutuhkan peranan dalam cerita itu banyak, kolosal. Jadi kita sebagai penyelenggara semangat dan antusias dengan perhatian pemerintah bagaimana kita mengolah itu untuk bermanfaat kepada masyarakat yang pertama serta penyetaraan ekonomi tentunya," ungkap Perri Sagala.


Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat tempat kegiatan berlangsung, dari mulai bidang makanan, panitia berencana memanfaatkan UMKM di Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjur. 


"Nah kegiatan ini akan diselenggarakan selama 14 hari, pelatihannya. Mulai dari tanggal 12 sampai nanti tanggal 22, 23-24 off, 25 kita diskusi publik terkait dengan opera Batak, 26 pertunjukan yang kita latih, mulai dari tanggal 12 sampai tanggal 12 tadi, selama 14 hari tadi, dan puncaknya tanggal 26 Februari 2025 mendatang,"terang Perri Sagala.


Untuk pertunjukan Opera Kolosal Batak berjudul Pulau Batu akan digelar di Perkampungan Siraja Batak Sigulati mulai Pukul 15 Wib dengan target penonton 5.000 orang dari tingkat SD, SMP, SMA, se-kabupaten Samosir dan umum dari dalam serta luar Kabupaten Samosir. 


Tiga kegiatan penting dirancang secara bersama untuk “Merayakan 100 Tahun Sitor Situmorang Dengan Opera Batak”. Ketiganya adalah Diskusi Publik, Pelatihan Opera Batak, dan Pertunjukan Opera Batak “Pulo Batu” karya Sitor Situmorang.


Untuk kegiatan Diskusi Publik digelar untuk mengenalkan Sitor Situmorang dan karyanya ke lingkungan Kawasan Danau Toba dan kampung halaman serta mendorong dinamika untuk mengapresiasi karya-karya Sitor Situmorang ke regenerasi kreatif, penggiat seni dan budaya, tokoh-tokoh budaya di Kawasan Danau Toba, dan masyarakat umum serta sosialisasi warisan budaya nasional, termasuk Opera Batak yang sudah ditetapkan sebagai WBTBI pada Agustus 2024.


Enam narasumber termasuk moderator dalam Diskusi Publik yang diadakan pada 25 Februari 2025 dengan jumlah peserta 100 orang dari stakeholder Opera Batak, antara lain:

 Dr. Pudentia MPSS - Ketua ATL, Jakarta (Topik: Kebijakan Revitalisasi Opera Batak dań Pemanfaatannya sebagai Warisan Budaya)

 Dr. Lono Simatupang, Antropolog UGM (Topik: Pergelaran dengan menggali sumber-sumber penciptaan lisan dan tertulis). 

Prof. Dr, Robert Sibarani, MS - Batak Center Sumatera Utara (Topik: Rekomendasi Menjelang 100 Tahun Opera Batak pada Tahun 2026)

Lena Simanjuntak - Mertes - Ketua DIG/Lembaga Indonesia - Jerman, Koeln. (Topik: Sitor Situmorang dań Opera Batak)

Barbara Brouwer – istri Sitor Situmorang, Apeldoorn – Belanda (Topik: Pusat Latihan Opera Batak dan Sitor Situmorang).

Enrico Alamo, M.Sn - ISI Padangpanjang (Moderator).


(Gb-Lasroy12)