Notification

×

Iklan

Iklan

50 Hektar Lahan di Danau Toba Dihijaukan, Ini Tujuannya!

1 Des 2024 | 10:44 WIB Last Updated 2024-12-01T03:44:12Z

 




GREENBERITAURAT, Samosir - Persatuan Pomparan Toga Sinaga Boru (PPTSB) bersama Perum Jasa Tirta (PJT) menginisiasi program penghijauan besar-besaran di Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, demi menjaga kelestarian lingkungan di Kawasan Danau Toba. Program ini melibatkan 32 petani anggota PPTSB dengan total area penghijauan seluas 50 hektar.

Kegiatan diawali secara simbolis dengan penanaman pohon di Tugu Toga Sinaga, Desa Urat, pada Sabtu, 30 November 2024. Acara ini turut didukung oleh Perum Jasa Tirta, Dewan Pembina PPTSB, dan Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia.

Sekretaris Jenderal PPTSB, Drs. Eduard Sinaga MAP, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dalam memperbaiki ekosistem Danau Toba dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap bantuan bibit tanaman, pupuk, dan biaya penghijauan dari Perum Jasa Tirta dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para petani.

"Kita tidak hanya mengharapkan bantuan, PPTSB juga harus berpartisipasi. Para petani jangan menyia-nyiakan bantuan ini," tegas Eduard.

Perwakilan Perum Jasa Tirta, Gede, berharap program penanaman 50 hektar pohon ini dapat berjalan sesuai harapan dan pohon-pohon yang ditanam dirawat dengan baik. "Kami akan terus mendukung hingga tahun pertama dan kedua. Semoga apa yang ditanam bermanfaat bagi masyarakat sekitar," ujar Gede.

Dalam acara tersebut, Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang menyampaikan pidato inspiratif tentang pentingnya melestarikan lingkungan. Ia menekankan bahwa menanam pohon adalah warisan berharga bagi generasi mendatang.

"Seperti yang telah dikatakan para pendahulu kita, 'Seseorang tidak menanam pohon untuk dirinya sendiri. Ia menanamnya untuk generasi mendatang.'", ujar Dr. Wilmar.

Ia juga menyoroti manfaat pohon dalam menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang cukup untuk ratusan orang per pohon setiap harinya. "Satu pohon sonokeling setinggi 10 meter bisa menghasilkan oksigen untuk 177-239 orang, dan akasia untuk 122-165 orang sehari," jelasnya.

Dr. Wilmar juga mengkritik  kegiatan-kegiatan  boros dana yang tidak berdampak nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Ia  mengusulkan agar areal penggunaan lain (APL) Tele yang rusak dijadikan Kebun Raya yang dikelola bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Konsentrasi dan totalitas pada masalah perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Indonesia dan Kawasan Danau Toba seharusnya menjadi pionir," tegasnya.

Acara penghijauan ini diharapkan menjadi contoh nyata bagi daerah lain di Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan.

(Gb-Riswan11)