Notification

×

Iklan

Iklan

Selama Jabat Walikota Siantar, Susanti Berhasil Kendalikan Inflasi Hanya 0,10 Persen

6 Agu 2023 | 17:18 WIB Last Updated 2023-08-06T10:18:47Z

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematang Siantar di bawah kepemimpinan dr Susanti Dewayani SpA berhasil mengendalikan inflasi di kota dengan motto Sapangambei Manoktok ini


GREENBERITA.com-Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematang Siantar di bawah kepemimpinan dr Susanti Dewayani SpA berhasil mengendalikan inflasi di kota dengan motto Sapangambei Manoktok ini. Periode 2023, Kota Pematang Siantar mengalami inflasi sebesar 0,10 persen. Tingkat inflasi ini, merupakan yang terendah dari lima kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Sedangkan inflasi secara nasional sebesar 0,21 persen.


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pematang Siantar Zulfan SE, Minggu (06/08/2023) menyampaikan selama periode Juli 2023, dari lima kota di Provinsi Sumut, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli, yaitu 1,30 persen. Sementara tertinggi kedua Kota Padangsidimpuan 0,46 persen.


Kemudian tertinggi ketiga, Kota Sibolga 0,35 persen, dan Kota Medan 0,28 persen.


“Nah, Kota Pematang Siantar inflasinya terendah di antara kota-kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara,” sebut Zulfan.


Lebih lanjut Zulfan mengatakan, di antara 24 kota di Pulau Sumatera, inflasi Kota Gunung Sitoli juga yang tertinggi. Sementara kota yang mengalami inflasi terendah di Pulau Sumatera yaitu Kota Bandar Lampung sebesar 0,03 persen.


“Kalau deflasi, di Pulau Sumatera hanya terjadi di Kota Lhokseumawe, yaitu -0,04 persen,” kata Zulfan.


“Dari 24 kota di Sumatera, 23 kota mengalami inflasi, dan 1 kota mengalami deflasi,” tambahnya.


Informasi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematang Siantar, inflasi Kota Pematang Siantar periode Juli 2023 terutama disebabkan kenaikan harga beberapa komoditas, di antaranya cabai merah, beras, dan upah asisten rumah tangga (ART). 


Cabai merah mengalami inflasi sebesar 50,96 persen dengan andil inflasi 0,25 persen. Sementara itu, beras dan upah ART masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,54 persen dan 2,41 persen dengan andil inflasi 0,08 persen dan 0,04 persen.


Kenaikan harga cabai merah terjadi seiring dengan penurunan suplai cabai merah di Pematang Siantar akibat sentra-sentra cabai merah di Simalungun yang memasuki masa tanam. 


Sementara itu, kenaikan harga beras terjadi seiring dengan kenaikan harga gabah di petani. Berdasarkan data BPS Sumut, rata-rata harga GKG (Gabah Kering Giling) dan GKP (Gabah Kering Panen) mengalami kenaikan sebesar 1,13 persen dan 5,25 persen.


Tekanan inflasi lebih lanjut ditahan oleh deflasi pada beberapa komoditas di antaranya daging ayam ras, ikan tongkol, dan jeruk. Daging ayam ras mengalami deflasi sebesar -7,03 persen dengan andil deflasi sebesar -0,08 persen. Sementara itu, ikan tongkol dan jeruk masing-masing mengalami deflasi sebesar -13,58 persen dan -9,70 persen dengan andil deflasi -0,07 persen dan -0,06 persen.

Harga daging ayam ras mengalami penurunan harga seiring dengan adanya normalisasi tingkat permintaan pasca Hari Raya Idul Adha di Juni 2023. Selain itu dari sisi pasokan, berdasarkan hasil survei PIHPS Pasokan Pematang Siantar, rata-rata jumlah pasokan daging ayam ras bulanan juga turut meningkat dari 152,2 kwintal di Bulan Juni 2023 menjadi 182,75 kwintal di Juli 2023. Penurunan harga ikan tongkol dan jeruk juga didorong oleh pasokan yang terjaga pada kedua komoditas pangan tersebut.


 (Gb-Jal/reel)