Notification

×

Iklan

Iklan

Pengantin Samosir Kabur Setelah Nikah, Ini Penjelasan Psikolog Tentang Gamophobia

13 Jul 2023 | 16:45 WIB Last Updated 2023-07-13T10:33:48Z
Runaway Bride Indonesia

GREENBERITA.com - Runaway Bride adalah sebuah film komedi romantis Amerika Serikat tahun 1999. Film ini disutradarai oleh Garry Marshall dan dibintangi oleh Julia Roberts dan Richard Gere. 

Skenario film ini ditulis oleh Sara Parriott dan Josann McGibbon, menceritakan tentang seorang reporter (Gere) yang ditugaskan untuk menulis cerita tentang seorang wanita (Roberts) yang sering melarikan diri dari pernikahannya sendiri. Film ini menerima ulasan umumnya negatif dari para kritikus tetapi sukses secara komersial, meraup $309 juta di seluruh dunia.


Maggie Carpenter adalah seorang wanita muda cantik yang telah memiliki sejumlah hubungan yang gagal. Maggie, gugup karena akan menikah, sering melarikan diri dari tunangannya yang menunggunya di altar pada hari pernikahan mereka. Hal tersebut direkam, menghasilkan ketenaran tabloid untuk Maggie dan julukan "Runaway Bride".


Sementara dikutip dari artikel Klikdokter.com, ternyata ada orang yang fobia dengan komitmen dan pernikahan. Mereka adalah orang dengan gamophobia. Tidak sedikit orang yang mengalami kondisi ini.


Gamophobia adalah ketakutan berlebih pada komitmen dan pernikahan. Orang dengan kondisi tersebut biasanya masih bisa dekat dan berpacaran dengan yang lain, namun enggan untuk melanjutkan ke tahap serius alias pernikahan.


Jadi, ketakutan yang dialami oleh orang dengan gamophobia bukan sekadar keengganan menikah karena belum siap. Kondisi ini jauh lebih kompleks dan sebenarnya membutuhkan penanganan khusus dari tenaga profesional.


Menurut Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog, gamophobia lebih mungkin dialami oleh kaum hawa. Karena pada dasarnya, wanitalah yang lebih mungkin mengalami fobia secara umum. Alasannya, kaum hawa rentan mengalami hal-hal traumatis. Mereka juga lebih mengandalkan emosi sehingga pengalaman yang tidak menyenangkan bisa sangat membekas di dalam dirinya.


Faktor penyebab gamophobia ada banyak. Misalnya, individu tersebut pernah melihat ada anggota keluarganya yang sudah menikah atau bahkan orang tuanya sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga. “Atau simpelnya, mereka menikah tetapi tidak bahagia,” jelas Ikhsan.


Orang yang punya pengalaman gagal menjalin hubungan, padahal segala upaya untuk mempertahankannya sudah dilakukan, juga berisiko untuk mengalami kondisi tersebut. Gamophobia umumnya disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus, khususnya kombinasi antara pengalaman traumatis dan kepribadian orang itu sendiri. Trauma memegang peranan penting terhadap munculnya fobia. Rasa kapok yang teramat sangat ditambah dengan kepribadian sensitif dan kurang berani mengambil risiko, pada akhirnya akan menghasilkan gamophobia.


Sekali pun bertemu dengan orang baik dan sebenarnya bisa menghasilkan hubungan ideal nan langgeng, mereka akan berupaya “kabur” atau mundur dari jenjang yang lebih serius. Gamophobia berbeda dengan orang yang takut berkomitmen karena belum siap dan segala alasan klise lainnya. Mereka yang player biasanya tidak mencintai secara tulus dan bisa langsung meninggalkan ketika apa yang dicarinya sudah didapatkan. Mereka pun akan dengan mudah mencari pengganti


Sementara itu, pada orang dengan gamophobia, mereka masih bisa mencintai secara tulus meski tidak berani berkomitmen untuk serius. “Orang dengan gamophobia masih bisa benar-benar mencintai seseorang, karena perasaan sayangnya itu melibatkan emosionalnya,” ucap Ikhsan.


“Sedangkan, ketakutannya yang tidak wajar terhadap pernikahan itu beda lagi alias tak ada hubungannya dengan pasangannya. Mereka cinta, tapi karena takut komitmen karena pengalaman buruk, (jadinya) enggan menikah,” tegasnya.


Ada saatnya orang yang punya pengalaman traumatis bertemu dengan orang yang tepat.  Mereka tetap rela menunggu sampai orang yang disayanginya itu mau menikahinya. Apakah orang yang ditunggu bisa berubah pikiran? Bukankah trauma dan fobia susah hilang


“Kalau soal mengubah diri jadi bisa berkomitmen atau tidak, ya bisa aja. Selama orang ini ada kemauan atau niat yang kuat dan sudah menemukan pasangan yang baik, hal itu bisa diwujudkan,” kata Ikhsan, menjawab pertanyaan.


“Akan tetapi, kalau sudah sampai fobia, baiknya butuh treatment dari psikolog untuk dicari tahu dulu akar penyebabnya,” saran Ikhsan.


Kisah terbaru pria asal Kabupaten Samosir, E Tamba ditinggal minggat oleh istrinya Ohana Afrelina Siregar  sehari setelah menikah, saat cerita yang sma tidak berselang lama juga terjadi di Bogor dimana pengantin wanita juga kabur setelah menikah satu hari Mirisnya, sebelum ditinggal minggat, E Tamba dikurung di kamar mandi hotel oleh sang istri.



Sejak Ohana kabur meninggalkan suaminya, pihak keluarga sempat mencari kemana-mana keberadaan Ohana. Keluarga juga melacak transaksi keuangan Ohana.


Dari jejak penggunaan uang, Ohana diketahui sempat mengirimkan uang Rp 2 juta pada seorang pria berinisial S. Pengiriman uang dilakukan pada hari yang sama, di saat Ohana kabur meninggalkan suaminya di hotel. Keluarga menduga, uang Rp 2 juta itu untuk biaya penjemputan Ohana.


Apakah Ohana mengalami Gamophobia atau ada faktor lainnya di perlukan pemeriksaan medis lebih lanjut.

(GB-RizalDM)