(Oleh Fransiskus Star Sitanggang, SE)
Sejatinya sifat utama seorang pemimpin adalah Beradap dan Mulia Hatinya, Menarik.
Secara mengejutkan, sebuah orasi dari mantan pemimpin Samosir RAPIDIn Simbolon yang menyatakan Runtuhkan dan Usir Ober Gultom adalah pidato yang membuat kegaduhan di saat suasana Natal dan Tahun Baru yang seharusnya membuat keteduhan hati dan suka cita.
Kepemimpinan bukan saja tentang pemilihan berikutnya tetapi tentang Generasi Berikutnya, sehingga apabila mantan pemimpin Samosir dan pemimpin daerah sebuah organisasi besar masih berperilaku tidak mengedepankan kepedulian dengan hati, maka orang seperti ini hanya orang yang pintar berorasi namun tidak punya kecerdasan nurani.
Kecerdasan nurani dipunyai banyak orang, tapi kita kekurangan orang yang tulus melayani dan jujur berbicara.
Di saat perbedaan antara pilihan pada pilkada sudah mulai berjalan untuk kebersamaan dalam pembangunan Samosir, tiba-tiba tiba di hadirkan lagi dengan orasi politik yang membelah dan membuat ketidakharmonisan yang berlanjut.
Sejujurnya para oknum yang berbeda pilihan itu sudah bersikap dan memiliki sikap untuk kedamaian bekerja dan punya hati melayani secara bersama-sama.
Para pemilih yang terhormat Bapak Rapidin juga apalagi dari kalangan ASN tidaklah org yang sembarangan, yang hanya mengerti kepentingan pribadi dan personal, tapi mereka sudah mengaktualisasikan diri untuk senyawa dalam pemerintahan yang sah dan menjadi bagian pemerintahan yang lebih baik dan Bermartabat menuju Perubahan.
Tidak ada yang lebih baik selain kelembutan dan hati yang tenang, maka saya sebagai politisi yang di mulai dari 1998, saran saya kepada Bapak Rapidin jangan mempertontonkan nafsu berkuasa, sebab Bahagia itu adalah Perhatian Tanpa Menghakimi.
(Penulis adalah Aktivis '98 dan Ketua Presidium Rumah Pro Perubahan)