Ust.Hendra Himawan Manik |
Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.
Dan apabila Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya,” Shalat adalah tiang agama.
Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi.
“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barang siapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama”, hadist ini kembali di sampaikan Ust.Hendra Himawan Manik dalam khutbah Jum'atnya di Mesjid Al Hasannah , jalan Danau Toba , Pangururan, Kabupaten Samosir , Sumatra Utara.
Dalam khutbahnya Ust.Hendra Himawan Manik menyampaikan juga "bahwa harta tahta dan apapun di dunia ini tidaklah menjadi sebab kebahagiaan manusia di dunia melainkan ke imanan kepada Allah dan ketaatan kepada perintah Allah yang mendatangkan kebahagiaan yang hakiki."
Ustad Hendra Himawan Manikpun menceritakan kembali kisah Lukmanul hakim dan keledainya .
Suatu hari, Lukmanul Hakim berjalan-jalan di pasar bersama anaknya. Lukmanul Hakim menunggang keledai dan anaknya menuntun keledai itu. Ketika lewat depan kerumunan ia dengar omongan orang tentangnya.
“Lihatlah orangtua itu, sungguh tak punya kasih sayang. Anaknya dibiarkan jalan kaki, sedang ia malah menunggang keledai.”
Mendengar perkataan itu Lukmanul Hakim berujar kepada anakknya, “Anakku, naiklah engkau ke keledai ini, biar ayah yang menuntunnya.”
Mereka lantas melanjutkan perjalanan. Hingga kemudian bertemu sekelompok orang. Orang-orang itu melempar komentar demi melihat Lukmanul Hakim dan anaknya.
“Ya rabb… lihatlah anak itu! Sungguh tidak patut! Ayahnya yang tua disuruh menarik keledai, sedangkan ia yang masih muda justru berada di atas keledai.”
Komentar itu membuat Lukmanul Hakim tertegun. Ia lalu meminta anaknya turun. Keduanya kini sama-sama berjalan sambil menuntun keledai. Tak lama kemudian, mereka bertemu segerombolan orang. “Betapa bodoh dua orang yang menuntun keledai itu, harusnya mereka menungganginya, bukan menuntunnya seperti sapi atau kambing, hahaha,” kata orang-orang itu.
Lagi-lagi Lukmanul Hakim terdiam sesaat dan menyuruh anaknya naik ke atas keledai bersamanya. Keledai berjalan pelan karena dinaiki dua orang. Orang-orang yang melihat itu jatuh iba. “Sangat tidak berperasaan! Keledai sekecil itu ditunggangi dua orang.”
Lukmanul Hakim mengindahkan komentar itu, berpikir sejenak lalu memutuskan untuk turun dari keledai. Ia meminta anaknya untuk mengikat empat kaki keledai di sebilah kayu supaya dapat diangkat. Jadilah keduanya kini memikul seekor keledai. Melihat itu, orang-orang terbahak. “Ada orang gila memikul keledai,” teriak mereka.
Lukmanul Hakim lalu mengajak anaknya meletakkan keledai di tanah. Kemudian ia berpesan kepada anaknya, “Anakku, begitulah sifat manusia. Apapun yang kamu lakukan akan mendapat perhatian dari orang lain. Maka, jika kelak kamu menemukan kebenaran jangan sampai hatimu berubah hanya karena mendengar perkataan orang lain. Tetaplah yakin pada kebenaran itu. Selalu gantungkanlah harapan dan persoalan hanya kepada Allah.”
Cerita di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa di mata orang lain, apa saja yang kita perbuat selalu tak sepenuhnya tepat. Ada saja pendapat mereka tentang kita. Jika kita tidak “kuat” maka kita akan selalu disibukkan dengan omongan orang lain.
"Dalam mejalankan ketaatan kepada Allah sebaiknya kita mulai dengan menjaga Sholat lima waktu dan berusaha tidak terpengaruh oleh apapun bersandarlah kepada Al Qur'an dan hadist serta tunjuk ajar Rasulullah.saw.", kata Ustad Hendra bengulas kisah di atas.
Saat menutup Khutbah beliau menyampaikan juga kepada umat muslim di Samosir yang hadir di Mesjid Al Hasannah supaya dapat membantu pembangunan Mesjid yang di harapkan rampung sebelum bulan Ramadhan tahun 2021 ini sehingga bisa di gunakan buat kemaslahatan umat muslim Samosir .
(gb-rizal/rel )