Proyek pembangunan Jaringan Irigasi dari Anggaran Dinas Pertanian Provinsi di Desa Turpuk Sagala, Kecamatan Harian tidak tuntas |
Dari pantauan greenberita, pekerjaan dilakukan tanpa plang proyek dan diduga asal asalan dan tidak memiki standar kualitas pekerjaan sehingga diduga merugikan biaya negara.
Seorang warga Ropendi Sagala (41) penduduk Desa Turpuk Sagala, salah satu petani disana mengaku kecewa dengan pembangunan jaringan irigasi di daerah tersebut. Dia menilai pembangunan jaringan saluran irigasi itu dikerjakan asal jadi.
"Masa pembanguan jaringan irigasi dilakukan tanpa cor lantai, asal dibikin aja semennya nggak ada batunya, kan biasanya pakai 2-3 batu pecah cornya itu," kata Ropendi Sagala ketika dikonfirmasi greenberita pada Sabtu, 08 Agustus 2020.
Bangunan irigasi tanpa cor batu |
"Pekerjaan itu amburadul dan tidak tuntas, terbukti ada saluran irigasinya yang tidak selesai dan tidak dikerjakan padahal proyek sudah selesai," tambah Ropendi Sagala.
Terpisah, Ketua Tim Perencana Lungun Mandalahi ketika dikonfirmasi menuturkan tidak pernah mengetahui pola kerjanya.
"Saya tidak pernah diberitahu pola dia tidak pernah tau cara kerja di lokasi yang mengetahui dan bertanggung jawab harusnya beliau," ujar Lungun Mandalahi.
Sementara itu, Kepala Desa Turpuk Sagala, Sihar Sagala ketika dikonfirmasi mengatakan juga tidak mengetahui tentang pelaksanaan proyek irigasi di lokasi.
"Saya sudah pernah mengigatkan kepada ketuanya atas nama Albertus Marbun tapi tidak menanggapinya," ujar Sihar Sagala.
Walaupun belum tuntas, pekerjaan irigasi pertanian ini tetap diserah terimakan. |
Ketika greenberita mencoba menghubungi Albertus Marbun sebagai pihak pengerja, sampai berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi.
(gb-kamins09)