MEDAN, GREENBERITA.com || PLN menargetkan menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 selama empat tahun dimulai 24 Maret 2019 hingga 27 Maret 2023.
GM PT. PLN (Persero) UIP Kitsum Weddy B Sudirman di Medan, Rabu, mengatakan, pihaknya berharap pembangunan kontruksi PLTA Asahan 3 tersebut segera rampung, sehingga nantinya jika beroperasi akan menambah pasokan listrik untuk menjaga kestabilan dan keandalan listrik.
"Pembangkit itu nanti akan menghasilkan energi listrik 1.477 GWh per tahun," kata GM PT. PLN (Persero) UIP Kitsum Weddy B Sudirman di Medan, Rabu.
Dengan hadirnya pembangkit Hidro Electric Power Plant ini, bagi kontribusi kelistrikan akan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) karena pembangkit menggunakan air ini (energi baru terbarukan) sangat murah sekali dibandingkan bila menggunakan solar, gas atau batubara.
Ia mengatakan seiring dengan terjadinya penurunan biaya pokok produksi (BPP), hal itu juga berdampak pada penurunan subsidi listrik.
Dimana dengan beroperasinya PLTA itu nantinya, sebagai dampak pengurangan subsidi listrik ini, maka akan menghemat uang negara mencapai Rp1,9 miliar per tahun.
Disamping itu juga nantinya dengan beroperasinya PLTA itu juga akan menambah pasokan listrik di Sumut yang semakin handal serta menambah jutaan pelanggan listrik di daerah ini.
Informasi yang dilansir dari Antarasumut,com , PLTA yang pembangunannya bersumber pada loan JICA (Badan Kerjasama Internasional Jepang/Japan Internasional Cooperation Agency) Rp3,23 triliun dengan kapasitas listrik 174 MW (2X87MW).
Ia mengatakan pembangkit itu nantinya juga akan membuka lapangan pekerjaan yang besar pada masyarakat Sumut khususnya bagi warga sekitarnya.
Diperkirakan dengan pinjaman dengan suku bunga yang rendah sekitar 0,75 persen per tahun pembangkit ini jika beroperasi nantinya akan segera break even point (BEP) atau mencapai titik impas sekitar delapan sampai sepuluh tahun ke depan serta umur pembangkitan diperkirakan berkisar 50 tahun keatas bahkan lebih.
Ia mengatakan adanya perbedaan penggunaan tenaga air dengan dua pembangkit di atasnya yakni PLTA Asahan I dan II, di mana pembangkit sebelumnya dibangun bendungan (tipe bendungan).
Sedangkan untuk Asahan tiga ini menggunakan tipe 'runriver' dengan membangun terowongan dan tunel untuk membelokkan arus sungai Asahan guna menggerakkan turbin.
"Saat ini sedang dibangun work added I yakni pembukaan portal bendungan di mana progres pembangunan bagi 30 meter dengan produktivitas pengerjaan satu meter per hari karena masih tanah," katanya.
(rel/ars)
GM PT. PLN (Persero) UIP Kitsum Weddy B Sudirman di Medan, Rabu, mengatakan, pihaknya berharap pembangunan kontruksi PLTA Asahan 3 tersebut segera rampung, sehingga nantinya jika beroperasi akan menambah pasokan listrik untuk menjaga kestabilan dan keandalan listrik.
"Pembangkit itu nanti akan menghasilkan energi listrik 1.477 GWh per tahun," kata GM PT. PLN (Persero) UIP Kitsum Weddy B Sudirman di Medan, Rabu.
Dengan hadirnya pembangkit Hidro Electric Power Plant ini, bagi kontribusi kelistrikan akan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) karena pembangkit menggunakan air ini (energi baru terbarukan) sangat murah sekali dibandingkan bila menggunakan solar, gas atau batubara.
Ia mengatakan seiring dengan terjadinya penurunan biaya pokok produksi (BPP), hal itu juga berdampak pada penurunan subsidi listrik.
Dimana dengan beroperasinya PLTA itu nantinya, sebagai dampak pengurangan subsidi listrik ini, maka akan menghemat uang negara mencapai Rp1,9 miliar per tahun.
Disamping itu juga nantinya dengan beroperasinya PLTA itu juga akan menambah pasokan listrik di Sumut yang semakin handal serta menambah jutaan pelanggan listrik di daerah ini.
Informasi yang dilansir dari Antarasumut,com , PLTA yang pembangunannya bersumber pada loan JICA (Badan Kerjasama Internasional Jepang/Japan Internasional Cooperation Agency) Rp3,23 triliun dengan kapasitas listrik 174 MW (2X87MW).
Ia mengatakan pembangkit itu nantinya juga akan membuka lapangan pekerjaan yang besar pada masyarakat Sumut khususnya bagi warga sekitarnya.
Diperkirakan dengan pinjaman dengan suku bunga yang rendah sekitar 0,75 persen per tahun pembangkit ini jika beroperasi nantinya akan segera break even point (BEP) atau mencapai titik impas sekitar delapan sampai sepuluh tahun ke depan serta umur pembangkitan diperkirakan berkisar 50 tahun keatas bahkan lebih.
Ia mengatakan adanya perbedaan penggunaan tenaga air dengan dua pembangkit di atasnya yakni PLTA Asahan I dan II, di mana pembangkit sebelumnya dibangun bendungan (tipe bendungan).
Sedangkan untuk Asahan tiga ini menggunakan tipe 'runriver' dengan membangun terowongan dan tunel untuk membelokkan arus sungai Asahan guna menggerakkan turbin.
"Saat ini sedang dibangun work added I yakni pembukaan portal bendungan di mana progres pembangunan bagi 30 meter dengan produktivitas pengerjaan satu meter per hari karena masih tanah," katanya.
(rel/ars)