Notification

×

Iklan

Iklan

Petani Keluhkan Pembagian Alsintan Tidak Merata, Kadis Pertanian Samosir: Kita Akan Evaluasi

7 Agu 2019 | 22:28 WIB Last Updated 2019-08-07T15:28:43Z
KelompokTani Keluhkan Pembagian Alsintan Pemipil Jagung Yang Tidak Merata di Kecamatan Nainggolan, Samosir
SAMOSIR,GREENBERITA.com- Akibat ketiadaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) berupa mesin pemipil jagung, sebuah kelompok tani di Desa Pasaran Parasoran Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir Sumatera Utara ini terpaksa harus membelanjakan sebagian hasil penjualan panen jagung untuk menyewa mesin pemipil jagung.

Sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Martabe hingga saat ini masih menunggu janji pemerintah untuk mendapatkan jatah Alsintan Pemipil Jagung selama dua tahun terakhir namun tidak kunjung tiba.


Pada 2017, mereka sudah pernah menyanpaikan hal itu kepada Pemkab Samosir agar mendapat jatah seperti kelompok tani lainnya. Hingga saat ini, mereka masih berharap mesin itu dapat mereka peroleh.

"Padahal pada bulan Maret tahun 2017, amang Bupati Samosir pernah datang kesini untuk melakukan Panen Raya, dan ketika itu beliau berjanji akan memberikan mesin pemipil jagung kepada kami, bahkan amang bupati juga berjanji akan membuat Jalan Usaha Tani ketempat kami sekitar 300 meter, namun belum teralisasi," ujar Halomoan Situmorang (55) ketika ditemui greenberita.com di Huta Siparogung, Desa Pasaran Parsaoran, Kecamatan Nainggolan.

Ketua Koptan Martabe Desa Pasaran Parsaoran, Kecamatan Nainggolan Berharap Pemkab Samosir Berikan Alsintan Pemipil Jagung 
Bahkan sebelumnya kelompok tani ini pernah mengutang untuk membali jetor senilai 35 juta rupiah dari hasil meminjam dari Bank. "Setahun ini kami belum ada hasil karena baru fokus membayar hutang meski sudah dua kali panen. Hasilnya untuk menutupi utang, dan baru panen inilah setelah melunaskan hutang, sebagian lagi baru dapat kami bagi penghasilan untuk anggota yang kerja di kelompok ini," tambah Halomoan Situmorang Resmin yang saat ini harus menyekolahkan tiga anaknya di SMP dan SMA.

Sementara itu,salah satu anggota kelompok tani Martabe, Resmin Sinaga (64), mengamini apa yang disampaikan ketua kelompok taninya.

"Asal panen hami, ikkon manggarar utang (Asal kami panen, jadi fokus membayar hutang)." ujar wanita bercucu 13 yang sudah 43 tahun mengaku janda ini.

Resmin merupakan anggota kelompok tani Martabe yang diketuai Halomoan Situmorang. Resmin dan kelompoknya siang itu terlihat sibuk menjemur jagung yang sudah dipipil di halaman rumah adat di kampung berbenteng bambu itu.

Ibu yang akrab disapa Oppu Maringan itu mengatakan, mereka tidak memiliki mesin pemipil jagung seperti kelompok tani desa tetangga dan mengaku iri melihat kelompok tani tetangga yang mendapat Alsintan, sehingga bisa lebih produktif.

"Kami masih minjam-minjam untuk mesin memipil jagung dari kelompok tani yang lain. Kami heran bahwa kami yang nyata mempunyai lahan lebih dari tiga hektar dan dikerjakan marsiadap ari dalam oleh anggota kelompok, kenapa tidak dapat mesin itu, sementara yang lahan pribadi dapatan," ungkapnya heran.

Sebelum meminjam mesin pemipil jagung dari kelompok tani yang lain, mereka pinjam mesin pemipil sewa milik perorangan dari Palipi namun hasilnya tidak maksimal dan tidak seproduktif seperti kelompok tani tetangga.

"Kalau yang kami pinjam itu mesinnya kecil dan harus berhenti, kecil itu enggak bisa panjang 'mangalong'," tambah Halomoan Situmorang, sang Ketua Kelompok Tani Martabe.

Disinggung soal perbandingan produksi yang dihasilkan memipil jagung memakai Alsintan jatah Pemerintah seperti kelompoktani sebelah, mempunyai perbedaan satu berbanding empat.

"Artinya, kalau mesin pemipil dari perintah seperti kelompok tani sebelah bisa menghasilkan 4 ton jagung, namun mesin yang kami pinjam ini hanya bisa 1 ton saja, tentu jauh beda sehingga menambah waktu, tenaga dan bahan bakar," keluhnya.

Mirisnya lagi, saat awal membuka lahan bersama yang mereka olah untuk perkebunan jagung itu sangat sulit dibuka karena tidak bisa pakai mesin jetor dan harus memakai traktor sehingga membutuhkan ongkos lebih banyak.

"Pertama kami panen raya, Maret 2017 kami mengundang Bupati Samosir beserta dinas terkait dan saat itu dijanjikan. Tapi, sampai sekarang belum ada. Akhirmya, kami yang mendasari, karena mengelola lahan tidur itu kami kelola dengan traktor. Dan kami patungan modalnya,"ucap Halomoan.

Terkait bibit jagung dan pupuknya, Halomoan Situmorang mengaku memang pernah dibantu penerintah. Sayangnya, dalam pembagian bibit tahun ini mereja tidak dapat, sehingga bingung untuk menanam apa selanjutnya. 
"Sebelumnya bibit dan pupuk memang dikasih. Satu trip ini tak dapat kami (bibitnya)," jelasnya bingung.

Anggota kelompok tani Martabe lainnya bermarga Sinaga juga mengaku hanya jagunglah yang cocok ditanam di lahan mereka. Kacang panjang, dan padi pernah mereka tanam tapi mereka merugi akibat hama seperti tikus dan 'apporik' (sejenis burung yang menghabisi padi).

Kembali ke Alsintan pemipil jagung, Halomoan Situmorang menuturkan, mereka sudah dua tahun bermohon melalui UPTD agar memperoleh jatah Alsintan. 

"Ada dua prolosal yang kami layangkan, dan akhirnya kami mendapat jetor pada 2017 dan pembagian Jetoir 2018 tidak dapat lagi. Tapi Alsintan pemipil jagung tak pernah kami peroleh," ujar Halomoan,

Pada november 2018 katanya mereka pergi ke Dinas Pertanian Samoair dan ada banyak alsintan dilihatnya. "Tetapi kami tidak dapat. Kelompok tani tetangga sebelah juga kami lihat tidak ada. Ada 8 koptan di sini," bebernya.

Sejak tahun 2017,kelompok tani Martabe beralih fokus ke tanaman Jagung dan telah panen ketiga, namun selama panen mereka hanya menggunakan mesin kecil.

Saat ini lahan yang dikelola seluas 3 hektar dan rata-rata 15 ton hasil produksinya sekali panen. Untuk, pembayaran jasa mesin dilakukan sistemnya bayar perkilo. Perkilo jagung harga jual Rp 3500 dan Rp 500 disisihkan kepada si penyewa mesin pipil dari perkilo jagung yang terjual.

Ketika hal tersebut dikonfirmasi kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Viktor Sitinjak mengatakan saat ini Pemkab tengah berupaya mengajukan permohonan Alsintan ke Pemerintah Pusat. "Terkait itu, tahun ini kita sedang mengajukan permohonan kepada kementrian pertanian, mudah-mudahan ini segera bisa didistribusikan. Baik itu mesin pemipil jagung, hingga embung," tutur Viktor Sitinjak kepada greenberita.com ketika berbincang di Pardosir Kopi, Parbaba, Pangururan, Samosir, pada Rabu, (7/8/2019).

Viktor mengaku ada keterbatasan Alasintan yang diterima Pemkab Samosir dari Pemerintah Pusat. Namun, dia berjanji apabila memang Kelompok Tani Martabe sudah mengajukan pada tahun 2017 lalu, akan melakukan pengecekan melalui Kepala Bidang yang menanganinya.

Kadis Pertanian Viktor Sitinjak Ketika Ditemui Greenberita di Pardosir
Terkait tudingan pembagian Alsintan yang dianggap Kelompok Tani Martabe tidak merata, Viktor juga menyampaikan pihaknya akan segera melakukan peyelidikan untuk mengurai persoalan. Data-data yang pernah masuk katanya akan dicek kembali, termasuk mencari tahu nama-nama kelompok tani yang terdaftar.

Dia juga menganjurkan, kepada kelompk tani bisa mengajukan kembali permohonan sesuau kebutuhannya."Silahkan datang langsung ke kantor, kita akan layani. Kalau pun sudah pernah memohon pada 2017 lalu silahkan saja datang. Kita akan mengutamakan yang terdahulu mengajukan,"jelasnya.

Terkait Koptan Martabe yang ketinggalan tidak mendapat Alsintan, sesuai arahan Bupati pada 2017 lalu diyakininya ada kelalaian pada instansinya. Kelalaian tersebut, katanya bisa jadi apa yang diinstruksikan Bupati Samosir saat itu tidak dicatat oleh Kadis atau Kabid yang mengikuti kegiatan Bupati ketika itu.

"Saya baru menjabat sebagai Kadis Pertanian sejak Februari 2019 lalu, sementara permohonan mereka disampaikan (kepada Pak Bupati) pada 2018. Mungkin saja kesalahannya, pada saat itu tidak dicatat (ketika kunjungan kerja Pak Bupati), sehingga lupa apa yang diprioritaskan. Tapi, terimakasih kami akan evaluasi itu," janji Viktor Sitinjak yang oleh media dinilai selalu komunikatif.

(gb-ferndt)