KelompokTani Keluhkan Pembagian Alsintan Pemipil Jagung Yang Tidak Merata di Kecamatan Nainggolan, Samosir |
Sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Martabe hingga saat ini masih menunggu janji pemerintah untuk mendapatkan jatah Alsintan Pemipil Jagung selama dua tahun terakhir namun tidak kunjung tiba.
Pada 2017, mereka sudah pernah menyanpaikan hal itu kepada Pemkab Samosir agar mendapat jatah seperti kelompok tani lainnya. Hingga saat ini, mereka masih berharap mesin itu dapat mereka peroleh.
"Padahal pada bulan Maret tahun 2017, amang Bupati Samosir pernah datang kesini untuk melakukan Panen Raya, dan ketika itu beliau berjanji akan memberikan mesin pemipil jagung kepada kami, bahkan amang bupati juga berjanji akan membuat Jalan Usaha Tani ketempat kami sekitar 300 meter, namun belum teralisasi," ujar Halomoan Situmorang (55) ketika ditemui greenberita.com di Huta Siparogung, Desa Pasaran Parsaoran, Kecamatan Nainggolan.
Ketua Koptan Martabe Desa Pasaran Parsaoran, Kecamatan Nainggolan Berharap Pemkab Samosir Berikan Alsintan Pemipil Jagung |
Sementara itu,salah satu anggota kelompok tani Martabe, Resmin Sinaga (64), mengamini apa yang disampaikan ketua kelompok taninya.
"Asal panen hami, ikkon manggarar utang (Asal kami panen, jadi fokus
membayar hutang)." ujar wanita bercucu 13 yang sudah 43 tahun mengaku janda
ini.
Resmin merupakan anggota kelompok tani Martabe yang diketuai Halomoan
Situmorang. Resmin dan kelompoknya siang itu terlihat sibuk menjemur jagung
yang sudah dipipil di halaman rumah adat di kampung berbenteng bambu itu.
Ibu yang akrab disapa Oppu Maringan itu
mengatakan, mereka tidak memiliki mesin pemipil jagung seperti kelompok tani
desa tetangga dan mengaku iri melihat kelompok tani
tetangga yang mendapat Alsintan, sehingga bisa lebih produktif.
"Kami masih minjam-minjam untuk mesin memipil jagung dari kelompok tani yang lain. Kami heran bahwa kami yang nyata mempunyai lahan lebih dari tiga hektar dan dikerjakan marsiadap ari dalam oleh anggota kelompok, kenapa tidak dapat mesin itu, sementara yang lahan pribadi dapatan," ungkapnya heran.
Sebelum meminjam mesin pemipil jagung dari kelompok tani yang lain, mereka pinjam mesin pemipil sewa milik perorangan dari Palipi namun hasilnya tidak
maksimal dan tidak seproduktif seperti kelompok tani
tetangga.
"Kalau yang kami pinjam itu mesinnya kecil dan harus berhenti, kecil itu enggak bisa panjang 'mangalong'," tambah Halomoan Situmorang, sang Ketua Kelompok Tani Martabe.
Disinggung soal perbandingan produksi yang dihasilkan memipil jagung
memakai Alsintan jatah Pemerintah seperti kelompoktani sebelah, mempunyai perbedaan satu berbanding empat.
"Artinya, kalau mesin pemipil dari perintah seperti kelompok tani
sebelah bisa menghasilkan 4 ton jagung, namun mesin yang kami pinjam ini
hanya bisa 1 ton saja, tentu jauh beda sehingga menambah waktu, tenaga dan bahan bakar," keluhnya.
Mirisnya lagi, saat awal membuka lahan bersama yang mereka olah untuk perkebunan jagung itu sangat sulit dibuka karena tidak bisa pakai mesin jetor dan harus memakai traktor sehingga membutuhkan ongkos lebih banyak.
"Pertama kami panen raya, Maret 2017 kami mengundang Bupati Samosir beserta dinas terkait dan saat itu dijanjikan. Tapi, sampai sekarang belum ada. Akhirmya, kami yang mendasari, karena mengelola lahan tidur itu kami kelola dengan traktor. Dan kami patungan modalnya,"ucap Halomoan.
"Pertama kami panen raya, Maret 2017 kami mengundang Bupati Samosir beserta dinas terkait dan saat itu dijanjikan. Tapi, sampai sekarang belum ada. Akhirmya, kami yang mendasari, karena mengelola lahan tidur itu kami kelola dengan traktor. Dan kami patungan modalnya,"ucap Halomoan.
Terkait bibit jagung dan pupuknya, Halomoan Situmorang mengaku memang pernah dibantu
penerintah. Sayangnya, dalam pembagian bibit tahun ini mereja tidak dapat,
sehingga bingung untuk menanam apa selanjutnya.
"Sebelumnya bibit dan pupuk memang dikasih. Satu trip ini tak dapat kami (bibitnya)," jelasnya bingung.
"Sebelumnya bibit dan pupuk memang dikasih. Satu trip ini tak dapat kami (bibitnya)," jelasnya bingung.
Anggota kelompok tani Martabe lainnya bermarga Sinaga juga mengaku hanya jagunglah yang
cocok ditanam di lahan mereka. Kacang panjang, dan padi pernah mereka tanam tapi mereka merugi akibat hama seperti tikus dan 'apporik' (sejenis burung yang
menghabisi padi).
Kembali ke Alsintan pemipil jagung, Halomoan Situmorang menuturkan, mereka sudah dua tahun bermohon melalui
UPTD agar memperoleh jatah Alsintan.
"Ada dua prolosal yang kami layangkan, dan akhirnya kami mendapat jetor pada 2017 dan pembagian Jetoir 2018 tidak dapat lagi. Tapi Alsintan pemipil jagung tak pernah kami peroleh," ujar Halomoan,
"Ada dua prolosal yang kami layangkan, dan akhirnya kami mendapat jetor pada 2017 dan pembagian Jetoir 2018 tidak dapat lagi. Tapi Alsintan pemipil jagung tak pernah kami peroleh," ujar Halomoan,
Pada november 2018 katanya mereka pergi ke Dinas Pertanian Samoair dan ada
banyak alsintan dilihatnya. "Tetapi kami tidak dapat. Kelompok tani
tetangga sebelah juga kami lihat tidak ada. Ada 8 koptan di
sini," bebernya.
Sejak tahun 2017,kelompok tani Martabe beralih fokus ke tanaman
Jagung dan telah panen ketiga, namun selama panen mereka hanya menggunakan mesin
kecil.
Saat ini lahan yang dikelola seluas 3 hektar dan rata-rata 15 ton hasil produksinya
sekali panen. Untuk, pembayaran jasa mesin dilakukan sistemnya bayar perkilo.
Perkilo jagung harga jual Rp 3500 dan Rp 500 disisihkan kepada si penyewa mesin
pipil dari perkilo jagung yang terjual.
Ketika hal tersebut dikonfirmasi kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Viktor Sitinjak mengatakan saat
ini Pemkab tengah berupaya mengajukan permohonan Alsintan ke Pemerintah Pusat.
"Terkait itu, tahun ini kita sedang mengajukan permohonan kepada
kementrian pertanian, mudah-mudahan ini segera bisa didistribusikan. Baik itu
mesin pemipil jagung, hingga embung," tutur Viktor Sitinjak kepada greenberita.com ketika berbincang di Pardosir Kopi, Parbaba, Pangururan, Samosir, pada Rabu, (7/8/2019).
Viktor mengaku ada keterbatasan Alasintan yang diterima Pemkab
Samosir dari Pemerintah Pusat. Namun, dia berjanji apabila memang Kelompok Tani Martabe sudah mengajukan pada tahun 2017 lalu, akan melakukan pengecekan melalui Kepala Bidang yang menanganinya.
Kadis Pertanian Viktor Sitinjak Ketika Ditemui Greenberita di Pardosir |
Dia juga menganjurkan, kepada kelompk tani bisa mengajukan kembali
permohonan sesuau kebutuhannya."Silahkan datang langsung ke kantor, kita
akan layani. Kalau pun sudah pernah memohon pada 2017 lalu silahkan saja
datang. Kita akan mengutamakan yang terdahulu mengajukan,"jelasnya.
Terkait Koptan Martabe yang ketinggalan tidak mendapat Alsintan, sesuai
arahan Bupati pada 2017 lalu diyakininya ada kelalaian pada instansinya.
Kelalaian tersebut, katanya bisa jadi apa yang diinstruksikan Bupati Samosir saat itu tidak dicatat oleh Kadis atau Kabid yang mengikuti kegiatan Bupati ketika itu.
(gb-ferndt)