Walau Seperti Kandang Hewan, Namun Boru Rumapea Bersama Keempat Anaknya Harus Rela Tempati Rumah Tanpa Listrik Ini |
SAMOSIR, GREENBERITA. com - Dinas Tarukim Pemerintah Kabupaten Samosir diwakili Wakil Bupati Juang Sinaga bersama Bank Mandiri, beberapa waktu lalu menyerahkan dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau biasa disebut bedah rumah kepada 238 Kepala Keluarga untuk tahap I (pertama), Kamis, (25/7/2019) di Kantor Camat Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Untuk tahap pertama, terdiri dari Kecamatan Harian dengan penerima 81 KK , Palipi (56 KK), Nainggolan (44 KK) dan Onan Runggu dengan desa penerima 57 KK.
Adapun dana yang diterima masing-masing Kepala Keluarga adalah sebesar Rp. 17.500.000 per Kepala Keluarga untuk 238 Kepala Keluarga.
Untuk tahap pertama, terdiri dari Kecamatan Harian dengan penerima 81 KK , Palipi (56 KK), Nainggolan (44 KK) dan Onan Runggu dengan desa penerima 57 KK.
Adapun dana yang diterima masing-masing Kepala Keluarga adalah sebesar Rp. 17.500.000 per Kepala Keluarga untuk 238 Kepala Keluarga.
Namun program bedah rumah BSPS yang berasal dari Pemerintah melalui Kementrian PUPR Republik Indonesia tampaknya tidak sepenuhnya tepat sasaran.
GenerasiPenerus Bangsa Ini Harus Rela Tinggal di Rumah Tidak Layak Tanpa Penerangan Listrik |
Salah satunya, Baniolo Boru Rumapea (51), seorang ibu dengan status janda empat anak ini sepertinya harus lebih bersabar untuk menerima bantuan tersebut.
Boru Rumapea yang tinggal di Huta Sipakko Dusun 1, Desa Toguan Galung Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara ini sudah 20 tahun lamanya menempati rumahnya semenjak dia membina rumah tangga hasil dari pemberian mertuanya dan tinggal bersama suaminya sebelum meninggal dunia.
Pantauan wartawan pada Sabtu, (3/8/2019), kondisi rumah saat ini sangat memprihatinkan, karena selain tidak dialiri listrik juga tidak memiliki kamar mandi serta berdidindingkan papan yang sudah tampak kusam.
Dengan lantai papan, atap rumah pun masih menggunakan atap Ijuk. Kondisi tiang pondasi rumah pun sudah tampak miring dan nyaris hampir roboh dan dikhawatirkan dapat menimpa keluarga tersebut, apalagi ketika tidur malam hari.
Untuk Masak Sehari-hari, Keluarga Ini Masih Menggunakan Katu dan Ranting Pepohonan |
Untuk kebutuhan memasak sehari hari, ibu janda ini harus menggunakan ranting kayu sebagai bahan bakarnya karena keterbatasan biaya ekonomi sehari hari.
Guna memenuhi kebutuhan hidupnya, Ibu empat anak ini haru bertani dengan segala keterbatasan tenaga terpaksa harus dilakukannya untuk memperjuangkan ke empat buah hatinya yang masih sekolah.
Kadang keluarga ini harus dibantu family sekitar baik untuk kebutuhannya maupun untuk menumpang belajar anaknya karena listrik yang belum ada dirumahnya, disekeliling rumah ibu ini ada 6 Kepala kelarga rumah tangga.
"Saya bersama anak saya sudah 20 tahun tinggal di rumah ini, belum pernah ada datang oknum pejabat dari dinas Pemkab Samosir atau Dinas Tarukim Samosir kerumah saya pak kesini. Saya berharap agar pemerintah Samosir bisa memperhatikan keluarga saya ini, agar bisa mendapatkan program bedah rumah yang layak" ujar Boru Gultom ini dengan raut sedih.
Rumah Yang Tidak Layak Huni Ini Masih Ditempati Ibu Janda Dengan Empat Anaknya |
Menyikapi hal tersebut, Kepala Des Toguan Galung Liber Parshusip ketika di konfimasigreenberita.com pada Sabtu (3/8/2019) mengatakan bahwa pihaknya ditahun sebelumnya sudah diminta oleh pihak kecamatan untuk mendata warga miskin. "Data itu sudah kita berikan kepada kecamatan dan kabupaten, kita juga turut mensertakan foto dokumentasi rumah warga untuk dibedah.," ujar Liber Parhusip.
Tambahnya, bahkan untuk usulan bedah rumah yang terakhir belakangan ini sudah tiga kali diusulkan pihak desa. "Bolak balik,yang pertama 5 rumah, kedua 7 rumah, dan yang terakhir 7 rumah pak yang kami usulkan, tapi sampe sekarang ini dari Dinas Tarukim sendiri belum melaksanakan itu di desa kami, khususnya bagi warga miskin disini," ujar sang kades.
Ketika hal itu dikonfirmasi kepada Kadis Tarukim Kabupaten Samosir, Marang Situmorang mengaku belum mengetahuinya dan akan segera melakuakn pengecekan terkait keluhan warga tersebut.
"Kami akan cek dulu nama-nama penerima di desa itu, dan kalau memang layak kami akan kami sertakan dalam program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau biasa disebut bedah rumah ini," ujar Marang Situmorangnya kepada greenberita.com melalui selulernya pada Senin, (5/8/2019).
Menurutnya, program BSPS ini dalam melakukan verifikasi rumah yang diusulkan oleh desa dilakukan oleh fasilitator lapangan dari Dinas Tarukim.
"Kalau memang belum ada sama sekali yang belum mendapat program bedah rumah didesa itu, berarti bukan karena kecolongan tapi memang desa itu belum dapat. Namun kalau sudah ada, kami akan cek apa alasannya," pungkas Mangar Situmorang.