Lokasi Tempat Tewasnya Ririn Manik, Anak Dibawah Umur Pekerja Batu Bata, Rabu, (24/7/2019) |
Sebelumnya, akibat tidak hati -hati dan diduga tanpa peralatan K3, seorang anak muda Andi Simbolon (19) tewas ketika menggali tanah untuk bahan baku Batu Bata pada Selasa, (23/7/2019) sekira pukul 12.00 Wib di Sijurjur Desa Pasaran Parsaoran Kecamatan Nainggolan Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Lokasi Tewasnya Anak Muda Andi Simbolon (19) ditimbun tanah Pabrik Batu Bata, Selasa, (23/7/2019) |
Sehari setelahnya, giliran seorang anak dibawah umur berusia 15 tahun juga tewas tertimbun tanah sewaktu mengorek perbukitan untuk bahan baku pembuatan batu bata.
Nasib tragis itu harus diterima Ririn Br. Manik (15) yang sehari-harinya adalah seorang siswa kelas 2 (dua) SMP Negeri Satu Atap, Desa Rianiate, Pangururan, Samosir.
Kejadian bermula sekira jam 16 Wib, (24/7) ketika Ririn yang sehabis pulang sekolah diminta ikut bekerja menggali tanah bebukitan yang dikelola seorang pengusaha Batu Bata berinisial FL yang berasal dari Kepulauan Nias.
Pengakuan itu disampaikan orang tua korban Antonius Manik (50) ketika dikonfirmasi greenberita.com di Huta Sitikotiko, Desa Parmonangan, Kacamata Pangururan, Samosir.
"Saya terima kabar anak saya sudah meninggal katanya sekitar 15.30 Wib. Setelah tertimbun anak saya langsung ditarik mereka dari timbunan, tidak langsung dibawa ke rumah sakit tapi dipanggilkan dukun patah dan akhirnya meninggal dunia sekira pukul 6 sore, " ujar Manik.
Ketika hal itu dikonfirmasi kepada Kapolres Samosir melalui Kasat Reskrim AKP. Jonser Naibaho mengaku belum mengetahui kejadian itu.
"Wah, saya belum mengetahui itu. Memang tadi pagi saya mendengar kabar itu, tapi saya kira kejadian yang sebelumnya (kejadian sama, TKP berbeda, pada Selasa, (23/7/2019). Tapi walau demikian, saya akan perintahkan anggota bergerak kesana sekarang menyelidikinya " ujar AKP. Jonser.
Ditempat yang sama, salah seorang kerabat keluarga korban menyesalkan tidak segeranya pengusaha pembuat batu bata membawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
"Saya menyesalkan pihak pengusaha batu bata tidak segera membawa anak itu ke puskesmas atua rumah sakit Hadrianus supaya segera mendapat pertolongan pertama sehingga nyawanya dapat diselamatkan," ujar H.Gultom, salah satu kerabat keluarga korban.
Gultom juga sangat mengherankan tersedianya fasilitas ambulans untuk membawa korban yang sudah tewas ke rumah korban di Desa Parmonangan.
"Herannya saya, kenapa ada ambulans membawa korban yang sudah jadi mayrt, kenapa waktu masih hidup tidak segera ditolong," tanyanya heran.
(gb-ferndt)