Demban Sirih Ditemukan Dilokasi Kejadian Tewasnya Ririn Manik (15) |
Korban tewas bernama Ririn Br. Manik (15) sehari-harinya adalah seorang siswa kelas 2 (dua) SMP Negeri Satu Atap, Desa Rianiate, Pangururan, Samosir.
Kejadian bermula sekira jam 16 Wib, (24/7) ketika Ririn yang sehabis pulang sekolah diminta ikut bekerja menggali tanah bebukitan yang dikelola seorang pengusaha Batu Bata berinisial FL yang berasal dari Kepulauan Nias.
Pengakuan itu disampaikan orang tua korban Antonius Manik (50) ketika dikonfirmasi greenberita.com di Huta Sitikotiko, Desa Parmonangan, Kacamata Pangururan, Samosir.
Ada Baju Diduga Milik Korban Dalam Plastik Dilokasi Kejadian |
Tidak diketahui apa tujuan diletakkannya demban dan baju korban dilokasi kejadian tersebut
Keberadaan benda itu dibenarkan seorang sumber bermarga Simbolon ketika dikonfirmasi dilapangan.
"Benar itu baju korban diletakkan disini, " ujar JS.
Ketika ditanyakan tentang korban, JS mengaku ditempat kejadian setelah kejadian dan mengenal korban karena satu sekolahnya.
"Dia satu sekolah ku, dia adek kelas ku. Rumah ku disana (sebelah lokasi), waktu kejadian saya kesini, " ujar JS.
Ketika dikonfirmasi lanjutan penyelidikan kematian Ririn Manik ini, Kapolres Samosir melalui Kasat Reskrim AKP. Jonser Naibaho mengaku sedang kelokasi kejadian melanjutkan penyelidikan.
"Kami sedang ke TKP melakukan penyelidikan, perkembangan selanjutnya nanti kami kabari iya " ujar AKP. Jonser kepada greenberita.com pada Jumat,(26/7/2019).
Sebelumnya diberitakan, salah satu kerabat keluarga korban menyesalkan pihak pengusaha batu bata yang tidak segera membawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat setelah kejadian tersebut.
"Saya menyesalkan pihak pengusaha batu bata tidak segera membawa anak itu ke puskesmas atua rumah sakit Hadrianus supaya segera mendapat pertolongan pertama, karena menurut pengusaha itu, korban masih hidup ketika dikeluarkan dari reruntuhan tanah, bisa saja nyawanya dapat diselamatkan (bila dibawa ke rumah sakit) ," ujar H.Gultom, salah satu kerabat keluarga korban.
Gultom juga sangat mengherankan tersedianya fasilitas ambulans untuk membawa korban yang sudah jadi mayat kerumah korban di Desa Parmonangan.
"Herannya saya, kenapa ada ambulans membawa korban yang sudah jadi mayrt, kenapa waktu masih hidup tidak segera ditolong," tanyanya heran.
(gb-ferndt)