JAKARTA, GREENBERITA.com - Kurang Lebih 600 perusahaan, termasuk Walmart Inc dan Target Corp mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyelesaikan sengketa perdagangan dengan China. Tuntutan itu disampaikan melalui sepucuk surat pada Kamis (13/6) waktu setempat.
Dalam surat tersebut, para pelaku usaha menilai pemberlakuan tarif dalam perdagangan antara kedua negara merugikan bisnis sekaligus konsumen AS.
Menurut para pengusaha, kenaikan tarif impor sebesar 25 persen terhadap produk impor senilai US$300 miliar akan menghapus lebih dari 2 juta pekerjaan di AS. Hal itu disampaikan dalam surat tersebut, mengutip perkiraan dari konsultan internasional Trade Partnership.
Kenaikan tarif itu juga akan membuat pengeluaran rumah tangga rata-rata di AS membengkak lebih dari US$2.000, serta mengurangi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1 persen.
Lihat juga: AS Hentikan Pemberian Keringanan Bea Masuk ke India dan Turki
"Perang dagang yang meningkat bukan demi kepentingan terbaik negara itu, dan kedua belah pihak akan kalah," demikian tertulis dalam surat yang disampaikan kepada Trump, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/6).
Pesan tersebut merupakan versi terbaru dari banyak kiriman surat lain ke pemerintahan Trump. Sebelumnya, terdapat pula Tarif Hurt the Heartland, kampanye nasional yang menentang tarif antara AS dan China. Kampanye itu diwakili oleh lebih dari 150 kelompok perdagangan yang berasal dari sektor pertanian, manufaktur, ritel, dan industri teknologi.
Desakan dari ratusan perusahaan itu disampaikan menyusul ketegangan perdagangan antara AS dan China yang semakin meningkat. Tepatnya, sebelum pertemuan yang berpeluang terjadi antara Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni mendatang di Osaka, Jepang.
Sebelumnya, Trump mengatakan ingin bertemu Xi dan akan memutuskan apakah akan memperpanjang tarif ke hampir semua produk impor China atau tidak.
Perusahaan asal AS berharap perang dagang berakhir. Sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa persiapan pertemuan mulai dilakukan, meski kesehatan ekonomi dunia dipertaruhkan.
Dalam surat tersebut, para pengusaha mengaku khawatir tentang adu balas kenaikan tarif. Menurut mereka, tarif yang diterapkan secara luas bukan alat yang efektif.
"Tarif yang diterapkan secara luas bukanlah alat yang efektif untuk mengubah praktik perdagangan tidak adil China. Tarif adalah pajak yang dibayarkan langsung oleh perusahaan AS, bukan China," demikian tertulis dalam surat desakan kepada Trump seperti dikutip cnnindonesia.com.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Walmart, perusahaan ritel terbesar di dunia sekaligus pemberi kerja sektor swasta terbesar di Amerika Serikat mengungkapkan tarif akan menaikkan harga-harga bagi konsumen Amerika Serikat.
"Perdagangan secara keseluruhan telah baik bagi orang Amerika, juga bagi konsumen. Saya menyadari hal itu kadang-kadang dikritik," kata Kepala Eksekutif Walmart Doug McMillon pekan lalu.
Dia mendesak pemerintah Trump fokus pada cara perdagangan membantu masyarakat AS, bukan hanya berfokus pada pihak yang membahayakan. (rel-marsht)
Dalam surat tersebut, para pelaku usaha menilai pemberlakuan tarif dalam perdagangan antara kedua negara merugikan bisnis sekaligus konsumen AS.
Menurut para pengusaha, kenaikan tarif impor sebesar 25 persen terhadap produk impor senilai US$300 miliar akan menghapus lebih dari 2 juta pekerjaan di AS. Hal itu disampaikan dalam surat tersebut, mengutip perkiraan dari konsultan internasional Trade Partnership.
Kenaikan tarif itu juga akan membuat pengeluaran rumah tangga rata-rata di AS membengkak lebih dari US$2.000, serta mengurangi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1 persen.
Lihat juga: AS Hentikan Pemberian Keringanan Bea Masuk ke India dan Turki
"Perang dagang yang meningkat bukan demi kepentingan terbaik negara itu, dan kedua belah pihak akan kalah," demikian tertulis dalam surat yang disampaikan kepada Trump, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/6).
Pesan tersebut merupakan versi terbaru dari banyak kiriman surat lain ke pemerintahan Trump. Sebelumnya, terdapat pula Tarif Hurt the Heartland, kampanye nasional yang menentang tarif antara AS dan China. Kampanye itu diwakili oleh lebih dari 150 kelompok perdagangan yang berasal dari sektor pertanian, manufaktur, ritel, dan industri teknologi.
Desakan dari ratusan perusahaan itu disampaikan menyusul ketegangan perdagangan antara AS dan China yang semakin meningkat. Tepatnya, sebelum pertemuan yang berpeluang terjadi antara Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni mendatang di Osaka, Jepang.
Sebelumnya, Trump mengatakan ingin bertemu Xi dan akan memutuskan apakah akan memperpanjang tarif ke hampir semua produk impor China atau tidak.
Perusahaan asal AS berharap perang dagang berakhir. Sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa persiapan pertemuan mulai dilakukan, meski kesehatan ekonomi dunia dipertaruhkan.
Dalam surat tersebut, para pengusaha mengaku khawatir tentang adu balas kenaikan tarif. Menurut mereka, tarif yang diterapkan secara luas bukan alat yang efektif.
"Tarif yang diterapkan secara luas bukanlah alat yang efektif untuk mengubah praktik perdagangan tidak adil China. Tarif adalah pajak yang dibayarkan langsung oleh perusahaan AS, bukan China," demikian tertulis dalam surat desakan kepada Trump seperti dikutip cnnindonesia.com.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Walmart, perusahaan ritel terbesar di dunia sekaligus pemberi kerja sektor swasta terbesar di Amerika Serikat mengungkapkan tarif akan menaikkan harga-harga bagi konsumen Amerika Serikat.
"Perdagangan secara keseluruhan telah baik bagi orang Amerika, juga bagi konsumen. Saya menyadari hal itu kadang-kadang dikritik," kata Kepala Eksekutif Walmart Doug McMillon pekan lalu.
Dia mendesak pemerintah Trump fokus pada cara perdagangan membantu masyarakat AS, bukan hanya berfokus pada pihak yang membahayakan. (rel-marsht)