Ilustrasi |
Siswa di Lombok Timur ini tidak diluluskan gara-gara membela temannya yang dipukul oleh kepala sekolah.Aldi Irpan sampai diminta pindah padahal dia adalah siswa berprestasi. Siswa kelas XII SMAN 1 Sembalun ini mendapat peringkat dua di jurusannya dengan total nilai 192.
Tidak hanya itu, Aldi Irpan juga aktif dalam kegiatan OSIS dan sempat membantu mendatangkan donatur untuk sekolahnya.
"Saya tidak lulus, karena dianggap terlalu berani melawan kebijakan kepala sekolah. Saya dianggap tidak menurut. Itu alasan kepala sekolah tidak meluluskan saya," kata Aldi pada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/5/2019).
Kemarahan kepala sekolah bermula saat Selasa (22/1/2019) lalu.
Kejadian ini bermula saat Aldi Irpan mengetahui temannya dianggap melanggar peraturan sekolah karena mengunakan jaket di lingkungan sekolah.
Aldi memprotes kebijakan kepala sekolah tersebut melalui wali kelas dan guru lainnya. Sebab menurut Aldi, saat itu musim hujan dan cuaca Sembalun yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani sangat dingin
Karena suhu sangat dingin, siswa tetap bertahan mengunakan jaket di lingkungan sekolah. Holikul Amin, teman sejurusan Aldi, dipukul dan dilempar bak sampah oleh kepala sekolah karena dianggap melanggar aturan lantaran menggunakan jaket di lingkungan sekolah.
Aldi membela temannya, "Padahal ketika itu kawan saya sudah lepas jaketnya di parkiran sekolah, malah dipukul dan dilempar bak sampah."
"Banyak kebijakan kepala sekolah yang tidak sesuai dan tidak adil, tetapi kawan-kawan saya tidak berani mengutarakan. Saya berani mengutarakannya demi kawan-kawan saya," kata Aldi.
Puncaknya adalah saat Aldi Irpan membuat status di Facebook yang berisi protes karena para siswa yang telat masuk sekolah justru dipulangkan. Padahal saat itu musim hujan dan jalanan di Sembalun ada yang longsor sehingga banyak siswa yang terlambat.
Melalui akun Facebooknya Aldi menulis:
"Kami siswa SMAN 1 Sembalun tolong hargailah perjuangan kami, kami ingin sekolah untuk masa depan kami agar kami bisa membahagiakan kedua orangtua kami pendidikan diperuntukkan untuk siswa bukan untuk dipersulit, tolong lihatlah perjuangan kami..... Salam Demokrasi"
Dalam postingan itu Aldi juga memperlihatkan beberapa foto siswa yang berseragam sekolah berjalan kaki di jalan yang rusak dan becek.
Status Facebook ini membuat Aldi Irpan dan beberapa temannya dipanggil ke ruang kepala sekolah.
Aldi mengaku pasang badan dan langsung menyampaikan pendapatnya bahwa banyak kebijakan sekolah yang tidak berpihak pada siswa.
Kebijakan yang ia protes adalah peraturan sekolah yang meminta siswa pulang jika terlambat masuk sesuai jam yang ditetapkan yaitu pukul 07.00 Wita dan larangan menggunakan jaket di sekolah, padahal musim hujan dan cuaca dingin.
"Kepala sekolah meminta saya mengumpulkan seluruh siswa yang setuju dengan pendapat saya. Jika banyak siswa yang setuju dengan saya dan bersedia berkumpul, kepala sekolah akan mengubah kebijakannya," kata Aldi.
"Saya berhasil mengumpulkan 200 kawan-kawan saya, tetapi ketika semua berkumpul bukannya menepati janji, kepala sekolah justru memojokkan saya di hadapan seluruh siswa dan guru. Dia tidak menepati janjinya," kata Aldi kecewa.
Kejadian lain terjadi pada saat try out Senin (6/5/2019), Aldi dimarahi oleh seorang guru karena mengenakan baju putih abu.
Lalu ia diminta pulang dan tidak bisa boleh mengikuti try out. Aldi beralasan baju seragam yang seharusnya digunakan hari itu basah karena hujan. Ia menolak pulang dan mempertanyakan seragam guru BP yang juga tidak sesuai aturan karena seharusnya guru menggunakan seragam hitam putih.
Protes Aldi kali ini membuat pihak sekolah menggelar rapat untuk memecat Aldi dari sekolah.
Diminta Pindah Sekolah dan Tak Diluluskan
Aldi kemudian dipanggil ke ruang kepala sekolah dan mengatakan ingin peraturan sekolah berubah. Saat itu, kepala sekolah justru mengancam tak meluluskannya dan memintanya pindah sekolah.
"Saya akan dibiayai jika mau pindah sekolah. Tapi saya menolak tetap tidak mau karena saya akan ujian. Kepala Sekolah mengancam tidak akan meluluskan. Saya tetap menolak. Kepala Sekolah akhirnya mengatakan terserah kamu, saya sudah menyerah," cerita Aldi.
Permasalahan Aldi di sekolah ini juga diketahui pihak keluarganya. Rusman, kakak ipar Aldi yang membantu menangani kasus Aldi, mengatakan, sangat kecewa dengan keputusan tidak adil kepala sekolah.
Sebelumnya, kepala sekolah sempat mengutus dua guru ke rumah Aldi dan mengatakan jika ingin lulus, Aldi dan orangtuanya harus meminta maaf pada kepala sekolah.
Lalu bersama orangtuanya, Aldi datang ke rumah kepala sekolah.
"Kepala sekolah justru sebut permintaan maaf itu tidak diterima karena dilakukan di hari Minggu bukan jam kerja. Begitu kata kepala sekolah dan adik saya tetap dinyatakan tidak lulus karena keputusan kepala sekolah. Guru-gurunya banyak yang nangis karena tahu Aldi anak baik dan peringkat dua di jurusannya," kata Rusman.
Rusman mengatakan, dia melihat sendiri guru-guru dan kawan sekolahnya memeluk Aldi sembari menangis dan mengatakan bahwa Aldi tidak pantas diperlakukan tidak adil oleh kepala sekolah.
Ruhaiman, wali kelas Aldi, saat dihubungi Kompas.com mengaku sangat sedih atas keputusan kepala sekolah yang tidak meluluskan Aldi.
Menurut Ruhaiman, Aldi adalah anak yang baik, rajin, sopan, dan pintar.
"Anak kita ini aktif di OSIS. Selalu membantu sekolah. Dia membantu mendatangkan donatur yang menyumbang 60 buah Al-Quran. Sampai sekarang sumbangan itu dipakai untuk mengaji anak-anak di sekolah ini," kata Ruhaiman.
Ruhaiman dan guru lain juga merasa sangat kecewa dan sedih atas keputusan kepala sekolah yang tak meluluskan Aldi, siswa pintar dan baik di SMAN 1 Sembalun.
Kepala Sekolah SMAN 1 Sembalun Dipanggil Dinas Pendidikan
Kepala Dinas Pendidikan NTB H Rusman, Kamis malam (16/5/2019) mengatakan, pihaknya sudah melakukan klarifikasi melalui sambungan telepon kepada kepala SMAN 1 Sembalun, Ali Sadikin terkait kasus tidak diluluskannya Aldi Irpan, siswa kelas XII IPS.
Mengutip dari Kompas.com ada tiga alasan Aldi tidak diluluskan.
Pertama, keputusan tersebut berdasarkan musyawarah bersama guru, bukan keputusan sendiri kepala sekolah.
Kedua, Aldi dinilai tidak memenuhi persyaratan atau tidak memenuhi kewajibannya selama bersekolah.
Alasan ketiga, Aldi Irpan seringkali dibina karena perilakuknya, dan ia menyatakan tidak mengulangi perbuatannya. Namun janji itu dilanggar.
Kendati demikian, Rusman mengatakan perlu memastikan kebenaran tiga alasan yang disampaikan Ali Sadikin, kepala SMAN 1 Sembalun. (rel-marsht)