Erlina Nasution memperlihatkan surat Laporan Polisi dari Polsek Percut Sei Tuan. |
Gang Puskesmas, Selasa (26/2/2019) sekira pukul 8.00 Wib. Kalima orang tersebut adalah NS, mantan istri Razali sendiri dan teman-temannya NA (47), AD (50) dan AB (24)–warga Jalan Bantan, Gang Puskesmas–serta seorang supir angkot yang merupakan teman AD. “Si AD dan NA suami istri.
Si AB anaknya, tapi udah ditangkap polisi sekitar seminggu lalu karena mencuri HP. Padahal mantan menantu saya itu gak ada hubungan sama AD dan keluarganya, tapi dia tinggal di rumah mereka itu,” beber Erlina kepada wartawan seperti dilansir dari metro24jam.com.
Diceritakannya, penganiayaan itu terjadi ketika Razali hendak pulang ke rumah.
Diceritakannya, penganiayaan itu terjadi ketika Razali hendak pulang ke rumah.
Namun, karena kebetulan ada orang yang hendak menjual sepedamotor di sekitar wilayah tersebut, Razali melintas dari depan rumah para pelaku.
“Dia singgah karena melihat orang jual kreta. Jadi dia (Razali) di situ di dekat rumah si AD itu,” lanjut Erlina diamini putrinya Adinda.
Saat itulah mantan istri Razali datang bersama NA sambil marah-marah dan menuduhnya sudah menghancurkan rumah tangga orang. “Terus mantan istrinya dan si NA langsung memukuli mukanya berkali-kali. Baru datang anaknya si AB mengejar sambil bawa pisau. Untung si Safii (warga setempat) datang dan langsung melerai. Kalau tidak sudah mati abangku itu,” timpal Adinda.
“Dia singgah karena melihat orang jual kreta. Jadi dia (Razali) di situ di dekat rumah si AD itu,” lanjut Erlina diamini putrinya Adinda.
Saat itulah mantan istri Razali datang bersama NA sambil marah-marah dan menuduhnya sudah menghancurkan rumah tangga orang. “Terus mantan istrinya dan si NA langsung memukuli mukanya berkali-kali. Baru datang anaknya si AB mengejar sambil bawa pisau. Untung si Safii (warga setempat) datang dan langsung melerai. Kalau tidak sudah mati abangku itu,” timpal Adinda.
Tak lama kemudian, AD yang melihat dari rumahnya tiba-tiba ikut nimbrung. Tanpa basa-basi, supir angkot itu yang datang bersama temannya langsung ikut memukuli berkali-kali sehingga sehingga Razali terjatuh ke aspal.
“Sampai berdarah-darah wajah dan tubuh anak ku itu. Kening dan kepalanya bengkak, pelipis sebelah kiri juga, siku dan lutut kiri serta kanan juga lecet-lecet. Sama kami dia pun mengaku bahwa pinggangnya terasa sakit,” imbuh Erlina.
Pengeroyokan itu akhirnya terhenti setelah warga yang ramai di lokasi memisahkannya.
“Sampai berdarah-darah wajah dan tubuh anak ku itu. Kening dan kepalanya bengkak, pelipis sebelah kiri juga, siku dan lutut kiri serta kanan juga lecet-lecet. Sama kami dia pun mengaku bahwa pinggangnya terasa sakit,” imbuh Erlina.
Pengeroyokan itu akhirnya terhenti setelah warga yang ramai di lokasi memisahkannya.
“Anak saya sama mantan istrinya pisah karena tidak cocok. Anak saya juga sering dipukuli, bahkan sampai berdarah-darah, tapi gak dilapor. Kalau kali ini, istrinya yang ketakutan dilaporkan, istrinya udah mau minta balikan lagi tapi anak saya gak mau,” ketus Erlina. Atas kejadian itu, korban ditemani orangtuanya langsung melapor ke Polsek Percut Sei Tuan dengan bukti lapor LP Nomor: STTLP/578/II/2019/SPKT Percut. Namun setelah 2 bulan, Erlina merasa kesal karena melihat para pelaku tetap berkeliaran.
Menurut Erlina, akibat para pelaku yang belum ditangkap, anaknya Razali menjadi trauma dicekam ketakutan. “Mereka macam mengejek kami terus karena belum ditangkap polisi. Sedih kali anak ku itu. Kami ke sini mau menanyakan kenapa pelaku belum ditangkap, padahal para pelakunya di situ-situ aja,” gerutu Erlina dan Adinda. Beberapa saat menunggu, Erlina dan anaknya pun akhirnya menuju ruang juru periksa Polsek Percut Sei Tuan. Tak lama di sana, keduanya keluar kembali tanpa banyak komentar.
(rel-angga)
(rel-angga)