Banjir Hantam Lahan Pertanian Warga di Sianjur, Kamis (22//3/2019) |
Diperkirakan sekitar 5 hektar lahan pertanian padi dengan umur tanam 2 bulan terancam gagal panen.
Hal itu disampaikan pengamat lingkungan, Mangaliat Simarmata di grup WA Iwo Samosir for Public, Kamis, (22/3/2019).
"Hanya menunggu masalah waktu saja, prediksi saya akan terus terjadi banjir dan longsor di Kawasan Danau Toba ( KDT ) karena perambahan hutan terus terjadi secara massif di area penyangga KDTnya. Perkiraan saya, paling ada 20 persen lagi hutan penyangga KDTnya. Tahun lalu sudah hampir merata terjadi banjir dan longsor di 7 Kabupaten KDT, yang banyak menimbulkan korban jiwa, rumah penduduk hancur, jalan hancur, persawahan dan perladangan penduduk hancur. Sementara itu, masih himbauan tidak menebang pohon yag kita baca di media massa dari pejabat dan penanaman pohon," ujar Mangaliat.
D igrup WA yang sama, ahli kehutanan Samosir, Rudimantho Limbong berkomentar dengan mengategorikan kondisi hutan di Samosir sudah terancam. "Bukan bermaksud mengungkit sesuatu persoalan, tapi beberapa kali saya informasikan di media sosial bahwa kawasan sianjur mula mula sudah masuk dalam kategori " terancam" bahaya banjir dan longsor akibat aktivitas didaerah hulu yang tidak terbendung merambah daerah daerah yg memiliki tegakan kayu. Tidak ada tata pengelolaan yang mengatur," tegasnya.
Rudimantho Limbong juga secara tegas mengatakan penyebab banjir di Sianjurmula disebabkan penggundulan hutan. "Kebiasaan orang kita ya seperti ini sudah bencana baru ngecek apa penyebabnya. Dari zaman sejak sekolah dasar pun dulu sudah jelas kalau banjir itu disebabkan oleh penggundulan didaerah hulu atau bukit/pegunungan. Dan itu nyata terjadi dan sedang berlangsung hingga hari ini. Saya tahu pasti lokasi lokasi tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua Fraksi Gerindra DPRD Samosir, Mardan Sihotang mengatakan terjadinya banjir yang menghantam lahan pertanian di Kecamatan Sianjurmula merupakan peringatan dini untuk daerah lain yang telah ditebangi hutannya oleh para perambah hutan disekitar Samosir ini.
Hal itu disampaikan Mardan Sihotang kepada greenberita.com ketika ditemui dikediamannya di Desa Parlondut, Kamis malam, (22/3/2019).
"Pertama secara pribadi saya menyatakan turut prihatin kepada seluruh warga disana (Sianjurmula) atas musibah ini. Ini merupakan peringatan dini untuk segera antisipasi dan jangan kejadian yang lebih besar membawa korban jiwa diwilayah lain bukan hanya yang diduga di Hutan Tele tapi daerah lain seluruh Samosir termasuk salah satunya hutan-hutan di Kecamatan Ronggurnihuta yang marak perambahan,"ujar Mardan Sihotang.
Tambahnya, perambahan hutan di Samosir sudah semakin mengkhawatirkan dan berharap hal ini jangan sampai terjadi dengan cara mengevaluasi kembali ijin-ijin penebangan hutan yang dikeluarkan pemerintah daerah dan pihak berwenang merespon dan melakukan pengusutan atas perambahan hutan.
"Kejadian ini sudah yang kedua kali terjadi di Sianjurmula. Saya juga berharap pihak kepolisian untuk turun tangan meninjau seluruh ijin yang tidak jelas seperti pembalakan liar," harap Mardan Sihotang.
(green-ft)