PANGURURAN, GREENBERITA com -Warga menduga Kafe Live Music Rindu Alam melakukan bisnis Esek-esek dalam operasionalnya, dan setelah sekian lama menahan kesabaran agar live music Rindu Alam yang beroperasi tanpa izin, di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, akhirnya puluhan warga setempat turun langsung ke lokasi untuk menutup usaha itu, Kamis (7/3/2019) dari pukul 23.00 WIB-24.00 WIB.
Salah satu warga, R Naibaho kepada wartawan pada Jumat (8/3) menyampaikan, hal itu dilakukan warga, karena keberadaan live music Rindu Alam telah meresahkan warga, dan menduga adanya bisnis esek-esek didalamnya.
"Telah meresahkan warga baik akibat suara bising, dan kuat dugaan adanya bisnis esek-esek. Sehingga tadi malam, penduduk Huta Tinggi turun langsung menutup usaha live music Rindu Alam," ujar Naibaho.
Ia juga menyampaikan, sebelumnya penduduk huta tinggi telah menyampaikan keluhan itu kepada Pemerintah Kabupaten Samosir, agar segera menutup segala bentuk usaha dunia malam yang tidak sesuai dengan norma dan adat masyarakat setempat.
"Pada tanggal 4 Maret yang lalu, Pemkab Samosir melalui instansi terkait yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Perizinan, Satpol PP dan pihak Kecamatan Pangururan, telah turun langsung untuk melakukan penertiban. Dan pada pertemuan itu telah diminta untuk tidak membuka usaha live musik Rindu Alam sebelum ada izin dan dukungan dari masyarakat setempat," terangnya.
Saat itu, lanjut Naibaho, hal itu telah disanggupi oleh pihak pengelola. Tetapi hingga saat ini, usaha live music Rindu Alam tetap beroperasi.
"Namun sampai saat ini tanggal 7 Maret 2019, ternyata pengelola melanggarnya. Usaha live music masih tetap beroperasi dan semakin menjadi-jadi, bahkan beroperasi sampai jam 03.00 WIB," ungkap R Naibaho.
Lanjutnya, hal itu yang membuat penduduk setempat marah dan turun langsung ke lokasi usaha dan menghentikan aktifitas. Tiba di lokasi, warga menemukan sejumlah pria hidung belang bersama puluhan wanita malam yang berpakaian tidak pantas sedang menikmati dunia malam.
"Aktifitas yang tidak pantas itulah yang membuat penduduk Huta Tinggi menolak usaha yang tidak jelas ini," kata Naibaho.
Pada pertemuan itu, sambung Naibaho, dengan tegas pengelola diminta tidak beroperasi sejak malam itu (7 Maret 2019). "Dan jika masih beroperasi, maka dipastikan seluruh masyarakat termasuk kaum Ibu-ibu akan turun langsung menutupnya," pungkas R Naibaho.
(red)
Salah satu warga, R Naibaho kepada wartawan pada Jumat (8/3) menyampaikan, hal itu dilakukan warga, karena keberadaan live music Rindu Alam telah meresahkan warga, dan menduga adanya bisnis esek-esek didalamnya.
"Telah meresahkan warga baik akibat suara bising, dan kuat dugaan adanya bisnis esek-esek. Sehingga tadi malam, penduduk Huta Tinggi turun langsung menutup usaha live music Rindu Alam," ujar Naibaho.
Puluhan warga Desa Huta Tinggi, datangi live music Rindu Alam dan meminta usaha itu ditutup. |
"Pada tanggal 4 Maret yang lalu, Pemkab Samosir melalui instansi terkait yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Perizinan, Satpol PP dan pihak Kecamatan Pangururan, telah turun langsung untuk melakukan penertiban. Dan pada pertemuan itu telah diminta untuk tidak membuka usaha live musik Rindu Alam sebelum ada izin dan dukungan dari masyarakat setempat," terangnya.
Saat itu, lanjut Naibaho, hal itu telah disanggupi oleh pihak pengelola. Tetapi hingga saat ini, usaha live music Rindu Alam tetap beroperasi.
"Namun sampai saat ini tanggal 7 Maret 2019, ternyata pengelola melanggarnya. Usaha live music masih tetap beroperasi dan semakin menjadi-jadi, bahkan beroperasi sampai jam 03.00 WIB," ungkap R Naibaho.
Lanjutnya, hal itu yang membuat penduduk setempat marah dan turun langsung ke lokasi usaha dan menghentikan aktifitas. Tiba di lokasi, warga menemukan sejumlah pria hidung belang bersama puluhan wanita malam yang berpakaian tidak pantas sedang menikmati dunia malam.
"Aktifitas yang tidak pantas itulah yang membuat penduduk Huta Tinggi menolak usaha yang tidak jelas ini," kata Naibaho.
Pada pertemuan itu, sambung Naibaho, dengan tegas pengelola diminta tidak beroperasi sejak malam itu (7 Maret 2019). "Dan jika masih beroperasi, maka dipastikan seluruh masyarakat termasuk kaum Ibu-ibu akan turun langsung menutupnya," pungkas R Naibaho.
(red)