GREENBERITA.com - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI (BPIP) Prof.Hariyono mengapresiasi Desa Pojok yang terletak di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur Indonesia.
Betapa tidak di desa itu terdapat kampoeng kecil yang sarat dengan adat-adat kebangsaan.
Hariyono terkesima ketika melakukan kunjungan kerja ke desa itu pada Minggu, 10 Maret 2019 lalu. Di Kampoeng itu terdapat Situs Ndalem yang kerap mengelar upacara dan pagelaran seni budaya yang dihadiri berbagai tokoh lintas agama guna menguatkan karakter nasionalis kebangsaan.
Kata dia, gotong royong antar umat dan pemuka agama berjalan baik disetiap penyelenggaraan acara adat kebangsaaan. Keberadaan Situs Ndalem Pojok, ternyata diketahui Bangunan Cagar Budaya, lantaran rumah masa kecil Presiden Soekarno.
"Sejarah masa kecil Sang Proklamator Bung Karno yang merupakan Bapak Bangsa, menjadi penyemangat berlangsungnya Kampoeng Adat Kebangsaan ini. Potensi Kampoeng Kebangsaan ini layak untuk dikembangkan agar keberadaanya tetap lestari sepanjang masa untuk menjadi inspirasi bagi generasi penerus," kata Hariyono kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/3/2019)
Ketika kita memasuki situs Cagar Budaya Rumah Masa Kecil Presiden Soekarno, terdapat Monumen Garuda Pancasila, Replika Kitab Sutasoma “Bhinneka Tungal Ika”, Kantor Persaudaraan Umat Beragama, Kitab-Kitab Suci Lima Agama, Lukisan Borobudur, Candi Prambanan, Gereja Betlehem, Masjid Istiqlal,Tembok Cina, Langgar (tempat Ibadah), Sanggar Budaya, Kesenian Wayang Kulit, Kesenian Mocopat, Kesenian Membatik, Kesenian Tari, Kesenian Melestarikan Huruf Jawa, Kesenian Keroncong, Kesenian Dangdut, Gapura Situs Wringin Lawang, Situs Mbah Tugu, Punden Desa Situs Lingga Yoni Putuk, Gedung Bioskop Mini, Sungai Petilasan Bung Karno Memancing, Pohon Petilasan Soekarno Merenung, Taman Petilasan Soekarno Bermain, Petilasan Soekarno Belajar Berpidato
"Berbagai kegiatan keagamaan, pagelaran budaya dan berbagai kegiatan pada hari-hari besar serta hari nasional sering dilakukan, seperti doa bersama, upacara kemerdekaan, berbagi santunan, dan lain-lain," papar dia.
Selain itu, kegiatan rutin bulanan di kampung adat kebangsaan juga dilakukan seperti mocopat dan doa bersama Hari Lahir Bung Karno setiap Hari Kamis Pon dan Doa Bersama Meninggalnya Bung Karno setiap Hari Sabtu Legi.
"Selain itu kegiatan rutin mingguan, seperti Tahlil Mendoakan Bung Karno beserta semua pahlawan setiap malam Jum’at, Karatiwan uri-uri budaya Jawa malam Jum’at, Belajar menari, gemelan, mocopat, menulis aksara Jawa, Sekolah Kebangsaan non formal setiap soredan lain sebagainya," papar dia.
Beberapa pemuka agama dan tokoh masyarakat berharap kedepan situs ini tidak hanya berhenti pada kegiatan peringatan/upacara Hari-Hari Besar Nasional saja, namun semua peristiwa penting, peristiwa besar nasional juga akan/ingin diadakan peringatan.
"Misalnya Hari Lahirnya Lambang Negara, Hari Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Hari Kembalinya Dekrit UUD 1945, Hari Santri dan lainnya," kata dia ketika berdialog dengan tokoh setempat.
Selain itu juga doa peringatan tidak hanya sigatnya ketika hari lahir Bung Karno saja. Tapi dikembangkan pada tokoh-tokoh besar, pahlawan bangsa yang lain.
Semisal doa peringatan hari lahir/wafatnya Pangeran Diponegoro, Dr. Cipto Mangunkusumo, Cokroaminoto, RMP Sosrokartono, Wr. Suprtaman dan lain sebagainya.
Menurut Ketua adat setempat, Kushartono, jika dipandang konsep Wisata Kampung Adat Kebangsaan ini baik, dan masyarakat sadar tidak bisa sendiri.
"Karenanya kami mohon bimbingan dan pendampingan pemerintah khususnya Badan Pembinaan Idiologi Pancasila."
Karena kedepannya, Kampung Adat Kebangsaan akan bisa penuh dengan upacara adat Kebangsaan. Jika di pulau Bali banyak upacara-upacara adat, tapi itu adalah adat keagamaan. Atau di Tengger banyak upacara-upacara adat, tapi itu adalah adat kesukuan.
Disitulah Indahnya Indonesia, karenanya Kalau ini akan dipoles dengan nilai dan simbol-kebangsaan baik itu jalan, rumah dan masyarakat yang tinggal didalamnya akan di edukasi. Misalnya, Jalan akan dirapikan di hias dan pasang bendera sang merah putih. Dan diberi gapura yang menunjukkan Wisata Kampung Adat Kebangsaan
Rumah-rumah warga akan dihias. Setiap rumah ada foto presiden dan wakil presiden, lambang Garuda, Pancasila dan UUD 1945. Dan akan ditaruh replika kitab Sutasoma dan kitab-kitab suci agama-agama yang disahkan di Indonesia. Sebagai cerminan dan nuansa, serta penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan.
Setiap jalan depan rumah akan diberi plakat nama-nama Pahlawan dan foto-foto pahlawan. Jika memungkinkan juga profil dan buku2 karangan pahlawan itu. Dll.
Dengan desain dan gambaran seperti ini diharapkan kampung ini bisa menarik sektor wisatawan yang otomatis akan menghidupkan sektor ekonomi warga desa. Selain itu yang terpenting adalah pesan nilai-nilai edukasi kebangsaan yang baik bagi generasi millenial.
Betapa tidak di desa itu terdapat kampoeng kecil yang sarat dengan adat-adat kebangsaan.
Hariyono terkesima ketika melakukan kunjungan kerja ke desa itu pada Minggu, 10 Maret 2019 lalu. Di Kampoeng itu terdapat Situs Ndalem yang kerap mengelar upacara dan pagelaran seni budaya yang dihadiri berbagai tokoh lintas agama guna menguatkan karakter nasionalis kebangsaan.
Kata dia, gotong royong antar umat dan pemuka agama berjalan baik disetiap penyelenggaraan acara adat kebangsaaan. Keberadaan Situs Ndalem Pojok, ternyata diketahui Bangunan Cagar Budaya, lantaran rumah masa kecil Presiden Soekarno.
"Sejarah masa kecil Sang Proklamator Bung Karno yang merupakan Bapak Bangsa, menjadi penyemangat berlangsungnya Kampoeng Adat Kebangsaan ini. Potensi Kampoeng Kebangsaan ini layak untuk dikembangkan agar keberadaanya tetap lestari sepanjang masa untuk menjadi inspirasi bagi generasi penerus," kata Hariyono kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/3/2019)
Ketika kita memasuki situs Cagar Budaya Rumah Masa Kecil Presiden Soekarno, terdapat Monumen Garuda Pancasila, Replika Kitab Sutasoma “Bhinneka Tungal Ika”, Kantor Persaudaraan Umat Beragama, Kitab-Kitab Suci Lima Agama, Lukisan Borobudur, Candi Prambanan, Gereja Betlehem, Masjid Istiqlal,Tembok Cina, Langgar (tempat Ibadah), Sanggar Budaya, Kesenian Wayang Kulit, Kesenian Mocopat, Kesenian Membatik, Kesenian Tari, Kesenian Melestarikan Huruf Jawa, Kesenian Keroncong, Kesenian Dangdut, Gapura Situs Wringin Lawang, Situs Mbah Tugu, Punden Desa Situs Lingga Yoni Putuk, Gedung Bioskop Mini, Sungai Petilasan Bung Karno Memancing, Pohon Petilasan Soekarno Merenung, Taman Petilasan Soekarno Bermain, Petilasan Soekarno Belajar Berpidato
"Berbagai kegiatan keagamaan, pagelaran budaya dan berbagai kegiatan pada hari-hari besar serta hari nasional sering dilakukan, seperti doa bersama, upacara kemerdekaan, berbagi santunan, dan lain-lain," papar dia.
Selain itu, kegiatan rutin bulanan di kampung adat kebangsaan juga dilakukan seperti mocopat dan doa bersama Hari Lahir Bung Karno setiap Hari Kamis Pon dan Doa Bersama Meninggalnya Bung Karno setiap Hari Sabtu Legi.
"Selain itu kegiatan rutin mingguan, seperti Tahlil Mendoakan Bung Karno beserta semua pahlawan setiap malam Jum’at, Karatiwan uri-uri budaya Jawa malam Jum’at, Belajar menari, gemelan, mocopat, menulis aksara Jawa, Sekolah Kebangsaan non formal setiap soredan lain sebagainya," papar dia.
Beberapa pemuka agama dan tokoh masyarakat berharap kedepan situs ini tidak hanya berhenti pada kegiatan peringatan/upacara Hari-Hari Besar Nasional saja, namun semua peristiwa penting, peristiwa besar nasional juga akan/ingin diadakan peringatan.
"Misalnya Hari Lahirnya Lambang Negara, Hari Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Hari Kembalinya Dekrit UUD 1945, Hari Santri dan lainnya," kata dia ketika berdialog dengan tokoh setempat.
Selain itu juga doa peringatan tidak hanya sigatnya ketika hari lahir Bung Karno saja. Tapi dikembangkan pada tokoh-tokoh besar, pahlawan bangsa yang lain.
Semisal doa peringatan hari lahir/wafatnya Pangeran Diponegoro, Dr. Cipto Mangunkusumo, Cokroaminoto, RMP Sosrokartono, Wr. Suprtaman dan lain sebagainya.
Menurut Ketua adat setempat, Kushartono, jika dipandang konsep Wisata Kampung Adat Kebangsaan ini baik, dan masyarakat sadar tidak bisa sendiri.
"Karenanya kami mohon bimbingan dan pendampingan pemerintah khususnya Badan Pembinaan Idiologi Pancasila."
Karena kedepannya, Kampung Adat Kebangsaan akan bisa penuh dengan upacara adat Kebangsaan. Jika di pulau Bali banyak upacara-upacara adat, tapi itu adalah adat keagamaan. Atau di Tengger banyak upacara-upacara adat, tapi itu adalah adat kesukuan.
Disitulah Indahnya Indonesia, karenanya Kalau ini akan dipoles dengan nilai dan simbol-kebangsaan baik itu jalan, rumah dan masyarakat yang tinggal didalamnya akan di edukasi. Misalnya, Jalan akan dirapikan di hias dan pasang bendera sang merah putih. Dan diberi gapura yang menunjukkan Wisata Kampung Adat Kebangsaan
Rumah-rumah warga akan dihias. Setiap rumah ada foto presiden dan wakil presiden, lambang Garuda, Pancasila dan UUD 1945. Dan akan ditaruh replika kitab Sutasoma dan kitab-kitab suci agama-agama yang disahkan di Indonesia. Sebagai cerminan dan nuansa, serta penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan.
Setiap jalan depan rumah akan diberi plakat nama-nama Pahlawan dan foto-foto pahlawan. Jika memungkinkan juga profil dan buku2 karangan pahlawan itu. Dll.
Dengan desain dan gambaran seperti ini diharapkan kampung ini bisa menarik sektor wisatawan yang otomatis akan menghidupkan sektor ekonomi warga desa. Selain itu yang terpenting adalah pesan nilai-nilai edukasi kebangsaan yang baik bagi generasi millenial.
ft