KENDARI, GREENBERITA.com - Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tenggara, meminta Pemerintah Indonesia melakukan upaya diplomatik untuk menyelamatkan dua warga negara asal Kabupaten Wakatobi, Sultra, yang kini disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
"Pemerintah Indonesia diharapkan serius menemukan jalan untuk menyelamatkan dua warga negara Indonesia asal Wakatobi yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai nelayan dari sandera kelompok Abu Sayyaf," katanya, Kamis (21/2/2019).
Masyarakat dan Pemerintah Sultra mengharapkan kedutaan besar Indonesia di Manila, Filipina berperan aktif mencari tahu keberadaan sandera agar keluarga terhibur.
Selain itu, kata Gubernur Ali Mazi, kantor kedutaan Filipina di Jakarta, Indonesia dapat menjadi pintu masuk mempertanyakan korban sandera.
"Atase Indonesia maupun Filipina harus berperan untuk menyelamatkan sandera. Kedua negara bersahabat penting melakukan negosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf," ujar Ali Mazi seperti dilansir dari imcnews.id.
Dua orang korban sandera kelompok Abu Sayyaf yang bermata pencaharian sebagai nelayan berdomisili di Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi bernama La Hariadi bin La Rere asal Desa Kalimas dan La Heri Ardiansyah bin Herman beralamat Desa Sandi Kecamatan Kaledupa sebagaimana dibenarkan pihak keluarga, Fitriyani melalui pesan singkat elektronik.
Sebelumnya, beredar video amatir berdurasi 30 detik melalui media sosial tentang kedua sandera yang ditutup mulutnya dengan lakban berwarna coklat muda sembari memegang spanduk berbahan kertas karton warna putih.
Pihak keluarga meminta Presiden RI, Joko Widodo berupaya menyelamatkan kedua sandera dari tangan kelompok Abu Sayyaf, Filipina.
"Pak Presiden selamatkan saudara kami, asal Kaledupa yang disandera Abu Sayyaf," kata Fitriyani.
Beredar pula video korban sandera La Hariadi bin La Rere dan La Heri Ardiansyah dengan mata tertutup kain hitam serta dikelilingi lima orang berpakaian seragam loreng dan bersenjata lengkap.
Salah satu di antaranya menempelkan sebilah parang atau golok di leher sandera itu sembari dipaksa untuk bicara.
"Saya adalah Warga Negara Indonesia, pekerjaan saya nelayan di Sabah, Sandakan. Saya kena tangkap oleh Abu Sayaf di Laut Sandakan. Saya minta perhatian pemerintah Republik Indonesia terutama Presiden dan Bapak Dadang yang mengurus," tuturnya dalam video amatir yang beredar di media sosial. (rel-marsht)
"Pemerintah Indonesia diharapkan serius menemukan jalan untuk menyelamatkan dua warga negara Indonesia asal Wakatobi yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai nelayan dari sandera kelompok Abu Sayyaf," katanya, Kamis (21/2/2019).
Masyarakat dan Pemerintah Sultra mengharapkan kedutaan besar Indonesia di Manila, Filipina berperan aktif mencari tahu keberadaan sandera agar keluarga terhibur.
Selain itu, kata Gubernur Ali Mazi, kantor kedutaan Filipina di Jakarta, Indonesia dapat menjadi pintu masuk mempertanyakan korban sandera.
"Atase Indonesia maupun Filipina harus berperan untuk menyelamatkan sandera. Kedua negara bersahabat penting melakukan negosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf," ujar Ali Mazi seperti dilansir dari imcnews.id.
Dua orang korban sandera kelompok Abu Sayyaf yang bermata pencaharian sebagai nelayan berdomisili di Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi bernama La Hariadi bin La Rere asal Desa Kalimas dan La Heri Ardiansyah bin Herman beralamat Desa Sandi Kecamatan Kaledupa sebagaimana dibenarkan pihak keluarga, Fitriyani melalui pesan singkat elektronik.
Sebelumnya, beredar video amatir berdurasi 30 detik melalui media sosial tentang kedua sandera yang ditutup mulutnya dengan lakban berwarna coklat muda sembari memegang spanduk berbahan kertas karton warna putih.
Pihak keluarga meminta Presiden RI, Joko Widodo berupaya menyelamatkan kedua sandera dari tangan kelompok Abu Sayyaf, Filipina.
"Pak Presiden selamatkan saudara kami, asal Kaledupa yang disandera Abu Sayyaf," kata Fitriyani.
Beredar pula video korban sandera La Hariadi bin La Rere dan La Heri Ardiansyah dengan mata tertutup kain hitam serta dikelilingi lima orang berpakaian seragam loreng dan bersenjata lengkap.
Salah satu di antaranya menempelkan sebilah parang atau golok di leher sandera itu sembari dipaksa untuk bicara.
"Saya adalah Warga Negara Indonesia, pekerjaan saya nelayan di Sabah, Sandakan. Saya kena tangkap oleh Abu Sayaf di Laut Sandakan. Saya minta perhatian pemerintah Republik Indonesia terutama Presiden dan Bapak Dadang yang mengurus," tuturnya dalam video amatir yang beredar di media sosial. (rel-marsht)