WAISAI, GREENBERITA.com - Peristiwa nahas menimpa dokter jaga di RSUD Waisai, Raja Ampat, berinisial FJ. Dia dianiaya keluarga pasien saat sedang melaksanakan tugas menangani pasien emergency pada Selasa (12/2/2019) dini hari sekitar pukul 01.20 WIT.
Akibat penganiayaan tersebut FJ mengalami luka sobek pada bagian bibir sebelah bawah dan mendapatkan tiga jahitan.
Dokter FJ menjelaskan, penganiayaan tersebut dialaminya ketika memeriksa pasien yang terlihat sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan alias sudah meninggal dunia. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada pihak keluarga pasien. Namun, bukan respons positif yang didapat, FJ malah dianiaya keluarga pasien tersebut hingga mengalami luka serius pada bibir bagian bawah.
"Saat itu, pasien dibawa keluarganya ke IGD. Saya sebagai dokter jaga dari ruangan langsung periksa pasien. Karena memang ini pasien emergency, saya mendahulukan keselamatan pasien, lalu saya ambil tindakan pertama untuk periksa pasien,” kata Dokter FJ, yang dilansir dari inews.id, Selasa (12/2/2019).
Usai memeriksa pasien, FJ lalu menyampaikan hasil pemeriksaan tindakan medis ke pihak keluarga. "Setelah saya periksa memang sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan, tidak ada sama sekali. Saat saya sampaikan kondisi pasien sudah meninggal, anak pasien itu langsung ngamuk. Kemudian ada salah seorang adik pelaku pukul saya di bagian bibir,” ujarnya.
Setelah dianiaya, dokter FJ langsung dibawa beberapa petugas medis ke ruangan sebelah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Atas peristiwa tersebut, Dokter FJ yang didampingi rekan-rekannya langsung menuju Mapolres Raja Ampat untuk membuat laporan kasus tersebut.
Penganiayaan tersebut mengakibatkan para petugas medis mogok tidak melayani pasien di UGD RSUD Raja Ampat. Mereka menempelkan pengumuman pada pintu masuk UGD.
"UGD TUTUP Tidak Terima Pasien Karena Ada Kasus Pemukulan Terhadap Dokter Jaga UGD, Kami Ingin Melayani Tapi Kami Tidak Ingin Dianiaya...!!!"demikian tulisan yang ditempelkan pada pintu masuk IGD.
Direktur RSUD Raja Ampat, Dr Agus Arianto mengaku kecewa atas aksi main hakim sendiri yang dilakukan keluarga pasien terhadap dokter. Padahal, pelayanan petugas medis atau dokter jaga di RSUD Waisai sudah sesuai prosedur.
"Saya sangat menyesalkan adanya main pukul begini ya, apalagi petugas medis telah bekerja sesuai prosedur dalam berikan pertolongan kepada pasien,” katanya.
Terkait aksi mogok para petugas medis di IGD RSUD Waisai, menurut Agus hal itu merupakan spontanitas dari para petugas medis terkait adanya kasus penganiayaan rekan mereka oleh keluarga pasien. (rel-marsht)
Akibat penganiayaan tersebut FJ mengalami luka sobek pada bagian bibir sebelah bawah dan mendapatkan tiga jahitan.
Dokter FJ menjelaskan, penganiayaan tersebut dialaminya ketika memeriksa pasien yang terlihat sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan alias sudah meninggal dunia. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada pihak keluarga pasien. Namun, bukan respons positif yang didapat, FJ malah dianiaya keluarga pasien tersebut hingga mengalami luka serius pada bibir bagian bawah.
"Saat itu, pasien dibawa keluarganya ke IGD. Saya sebagai dokter jaga dari ruangan langsung periksa pasien. Karena memang ini pasien emergency, saya mendahulukan keselamatan pasien, lalu saya ambil tindakan pertama untuk periksa pasien,” kata Dokter FJ, yang dilansir dari inews.id, Selasa (12/2/2019).
Usai memeriksa pasien, FJ lalu menyampaikan hasil pemeriksaan tindakan medis ke pihak keluarga. "Setelah saya periksa memang sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan, tidak ada sama sekali. Saat saya sampaikan kondisi pasien sudah meninggal, anak pasien itu langsung ngamuk. Kemudian ada salah seorang adik pelaku pukul saya di bagian bibir,” ujarnya.
Setelah dianiaya, dokter FJ langsung dibawa beberapa petugas medis ke ruangan sebelah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Atas peristiwa tersebut, Dokter FJ yang didampingi rekan-rekannya langsung menuju Mapolres Raja Ampat untuk membuat laporan kasus tersebut.
Penganiayaan tersebut mengakibatkan para petugas medis mogok tidak melayani pasien di UGD RSUD Raja Ampat. Mereka menempelkan pengumuman pada pintu masuk UGD.
"UGD TUTUP Tidak Terima Pasien Karena Ada Kasus Pemukulan Terhadap Dokter Jaga UGD, Kami Ingin Melayani Tapi Kami Tidak Ingin Dianiaya...!!!"demikian tulisan yang ditempelkan pada pintu masuk IGD.
Direktur RSUD Raja Ampat, Dr Agus Arianto mengaku kecewa atas aksi main hakim sendiri yang dilakukan keluarga pasien terhadap dokter. Padahal, pelayanan petugas medis atau dokter jaga di RSUD Waisai sudah sesuai prosedur.
"Saya sangat menyesalkan adanya main pukul begini ya, apalagi petugas medis telah bekerja sesuai prosedur dalam berikan pertolongan kepada pasien,” katanya.
Terkait aksi mogok para petugas medis di IGD RSUD Waisai, menurut Agus hal itu merupakan spontanitas dari para petugas medis terkait adanya kasus penganiayaan rekan mereka oleh keluarga pasien. (rel-marsht)