FILIPINA, GREENBERITA.com — Umat Kristen dan Muslim di Filipina mengadakan “jalan persatuan” untuk menyerukan perdamaian menyusul ledakan mematikan yang mengguncang selatan negara itu pekan lalu.
Di Manila, ratusan orang berkumpul untuk sebuah reli doa pada 3 Februari untuk menunjukkan kepada “dunia bahwa umat Muslim dan umat Kristen Filipina adalah satu.”
Mereka mengecam serangan bom ke sebuah katedral di provinsi Jolo yang menewaskan 22 orang pada 27 Januari dan sebuah ledakan granat di sebuah masjid di Kota Zamboanga yang menewaskan dua orang pada 30 Januari.
Di Mindanao, sebuah reli doa antaragama juga diadakan di Kota Cagayan de Oro pada 2 Februari untuk menandai awal doa “Pekan Kerukunan Antariman Dunia.”
Msgr Rey Monsanto mengakui bahwa ada “rasa takut” di kalangan para pastor di Mindanao usai ledakan bom di Jolo dan Zamboanga dapat memicu kekerasan lebih lanjut aeperti yang dilansir dari target24jamnews.com
.
“Kami khawatir bahwa umat Kristen dan Muslim akan mulai mempersalahkan satu sama lain,” kata imam itu, seraya menambahkan bahwa mereka mungkin menggunakan agama sebagai alasan untuk berperang.
Abdulnasser Masorong, direktur Komisi Nasional Muslim Filipina, mengatakan kekerasan itu “telah menyebabkan kerugian bagi seluruh negara itu dalam upaya memecah belah bangsa dan semakin memperlebar jarak antara Muslim dan Kristen.”
Namun, Alec Mohammad, seorang tokoh Muslim di Cagayan de Oro, mengatakan kekerasan itu “tidak akan mematahkan semangat hubungan yang telah berlangsung lama” di kalangan rakyat Mindanao.
Di Kota Zamboanga, para tokoh Muslim menyerukan untuk tetap tenang, seraya mengatakan serangan apa pun di tempat ibadah “tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.”
Di Manila, Msgr Albert Songco, vikjen Ordinariat Militer, mendesak masyarakat pada acara “jalan persatuan” untuk “aktif memperjuangkan kebaikan, keadilan, cinta, dan perdamaian di komunitas-komunitas kita.”
Pada 3 Februari, intensi pada Misa-Misa Hari Minggu di keuskupan agung Manila untuk para korban bom di Jolo dan Zamboanga.
Sementara itu, Basilika Kecil Nazarene Hitam di Manila, telah meningkatkan keamanan setelah insiden Jolo.
Anjing pelacak dan personel keamanan telah dikerahkan untuk berpatroli di gereja itu, yang juga dikenal sebagai Gereja Quiapo, dan daerah sekitarnya.
Keuskupan agung Davao sebelumnya melarang umat membawa tas ransel ke dalam gereja demi menjaga keamanan. (rel-marsht)
Di Manila, ratusan orang berkumpul untuk sebuah reli doa pada 3 Februari untuk menunjukkan kepada “dunia bahwa umat Muslim dan umat Kristen Filipina adalah satu.”
Mereka mengecam serangan bom ke sebuah katedral di provinsi Jolo yang menewaskan 22 orang pada 27 Januari dan sebuah ledakan granat di sebuah masjid di Kota Zamboanga yang menewaskan dua orang pada 30 Januari.
Di Mindanao, sebuah reli doa antaragama juga diadakan di Kota Cagayan de Oro pada 2 Februari untuk menandai awal doa “Pekan Kerukunan Antariman Dunia.”
Msgr Rey Monsanto mengakui bahwa ada “rasa takut” di kalangan para pastor di Mindanao usai ledakan bom di Jolo dan Zamboanga dapat memicu kekerasan lebih lanjut aeperti yang dilansir dari target24jamnews.com
.
“Kami khawatir bahwa umat Kristen dan Muslim akan mulai mempersalahkan satu sama lain,” kata imam itu, seraya menambahkan bahwa mereka mungkin menggunakan agama sebagai alasan untuk berperang.
Abdulnasser Masorong, direktur Komisi Nasional Muslim Filipina, mengatakan kekerasan itu “telah menyebabkan kerugian bagi seluruh negara itu dalam upaya memecah belah bangsa dan semakin memperlebar jarak antara Muslim dan Kristen.”
Namun, Alec Mohammad, seorang tokoh Muslim di Cagayan de Oro, mengatakan kekerasan itu “tidak akan mematahkan semangat hubungan yang telah berlangsung lama” di kalangan rakyat Mindanao.
Di Kota Zamboanga, para tokoh Muslim menyerukan untuk tetap tenang, seraya mengatakan serangan apa pun di tempat ibadah “tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.”
Di Manila, Msgr Albert Songco, vikjen Ordinariat Militer, mendesak masyarakat pada acara “jalan persatuan” untuk “aktif memperjuangkan kebaikan, keadilan, cinta, dan perdamaian di komunitas-komunitas kita.”
Pada 3 Februari, intensi pada Misa-Misa Hari Minggu di keuskupan agung Manila untuk para korban bom di Jolo dan Zamboanga.
Sementara itu, Basilika Kecil Nazarene Hitam di Manila, telah meningkatkan keamanan setelah insiden Jolo.
Anjing pelacak dan personel keamanan telah dikerahkan untuk berpatroli di gereja itu, yang juga dikenal sebagai Gereja Quiapo, dan daerah sekitarnya.
Keuskupan agung Davao sebelumnya melarang umat membawa tas ransel ke dalam gereja demi menjaga keamanan. (rel-marsht)