Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat berkunjung ke Kabupaten Samosir | doc. GREENBERITA.com |
Seperti dilansir dari medanbisnisdaily Sabtu (08/12/2018), beberapa nama media yang pernah "memburu"-nya disebutkan, dengan nada kesal.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan wartawan yang pernah mengejar-ngejarnya dilontarkan. Semua terkait tuntutan agar dia lengser sebagai Ketum organisasi olahraga paling populer itu.
Seperti tanggapannya terhadap pernyataan Menpora agar PSSI melakukan evaluasi menyeluruh sehubungan dengan prestasi yang mengecewakan.
"Saya bilang sama dia tak mungkin itu saya jelaskan sekarang. Butuh waktu panjang menjelaskannya. Ehh.. dikejarnya terus aku. Ini tak ada nampakku hadir orang yang bertanya itu," kata Edy di acara bertajuk Silaturahmi Insan Pers itu.
Turut hadir di acara tersebut Sekjen PSSI Ratu Tisha. Juga Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia Sumut, John Ismadi Lubis serta Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut, Baharuddin Siagian.
Kejengkelan Edy yang juga Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 terhadap tuntutan agar dia mundur dari PSSI memuncak karena merasa tidak didukung warga (wartawan) Medan (Sumut). Yang ada justru getol mencecarnya dengan aneka pertanyaan. Dia merasa dicemooh atau di-bully.
"Seharusnya kalian bangga dan mendukung aku. Ini kok malah mencemooh dan mem-bully aku," kata Edy berulang-ulang.
Mantan Pangkostrad tersebut kemudian menjelaskan rinci dan panjang lebar tentang visinya memimpin PSSI.
Seperti pernah disampaikannya kepada Presiden Jokowi serta Komisi X DPR RI. Kondisi riil sepakbola nasional dipaparkannya, berdasarkan data tahun 2016. Mulai dari jumlah pemain sepakbola di Indonesia, jumlah pelatih, wasit serta stadion sepakbola sesuai dengan standard olahraga sepakbola dunia, FIFA.
Dibandingkan dengan dengan sejumlah negara di dunia, termasuk negara tetangga di Asia Tenggara, angkanya membuat miris. Untuk jumlah pemain, misalnya.
Jika Singapura yang berpenduduk hanya 4,2 juta memiliki pesepakbola 190.000 orang, Indonesia yang populasinya 250 juta cuma mempunyai 67.000 pemain. Pelatih, wasit dan stadion pun demikian, bikin hati gregetan.
Kondisi memilukan itu oleh Edy ingin diubah dalam jangka panjang. Diawali di masa kepemimpinannya. Maksud itu dimulai dengan membuat "kitab suci" berlabel "Menuju PSSI 2045".
Kitab berisi konsep tentang bagaimana "menyulap" sepakbola Indonesia berjaya di kancah internasional. Aneka program dipersiapkan.
"Belum ada pimpinan PSSI yang seperti itu, baru saya. Pengganti saya nanti tinggal mengikuti sudah sejauh mana pembinaan yang berjalan," sebutnya.
Dengan alasan itu Edy mengaku sangat mencintai PSSI. Itu sebabnya dia tidak akan pernah meletakkan jabatannya sebagai pimpinan tertinggi PSSI. Walau sebelumnya sempat merencanakan.
"Enggak, saya batalkan rencana yang sempat hendak mundur," tegasnya.
Terhadap sikapnya itu, Edy meminta agar dia tidak dicemooh dan di-bully lagi. Terlebih oleh warga Sumatera Utara, harusnya mendukung demi membesarkan sepakbola yang dicintainya.
"Akan saya cari sampai ke lubang semut siapa saja yang mencemooh saya lagi. Sejak ini jangan kalian bully lagi aku. Tak takut aku, akan kucari. Sudah hilang rasa takutku, 16 kali aku sudah pernah ikut berperang," pungkas Edy. (red)