Fawer Full Fander Sihite |
Ide pendirian perguruan tinggi negeri itu dilontarkan mantan
Ketua GMKI Siantar-Simalungun, Fawer Full Fander Sihte. Fawer yang baru saja
wisuda S2 di Yogyakarta, menyebut, Kota Siantar sudah berdiri sejak tahun 1871,
merupakan bagian sejarah yang panjang hingga saat ini.
Kota dengan luas wilayah 79,97 kilometer dan berpenduduk
sebanyak 247.411 jiwa (2015), tak terlepas dari perjuangan Sang Naualuh Damanik
sebagai Raja Siantar pada saat itu. Namun tak sedikit generasi muda saat ini tak
paham akan perjuangan-perjuangan yang pernah ia lakukan untuk Siantar hingga bisa
dinikmati seperti sekarang.
“Perjuangan yang gigih melawan penindasan yang dilakukan
oleh Belanda pada saat itu menjadi bagian sejarah istimewa yang tak terlupakan
dari Sang Naualuh. Dan untuk mengenang dan menghidupi nilai-nilai yang baik semasa
hidupnya, sudah selayaknyalah di Siantar berdiri Universitas Negeri Sang Naualuh,”
ujar Fawer, Kamis (29/11/2018).
Fawer menegaskan, pendirian Universitas Negeri Sang Naualuh, juga
berbanding lurus dengan kerinduan warga kota ini untuk hadirnya sebuah perguruan
tinggi negeri sejak lama.
“Jika dipertanyakan, dimana lokasinya? Sudah jelas lokasi
tersedia, yaitu kawasan Tanjung Pinggir merupakan tempat yang paling tepat,”
ujarnya.
Fawer menyebut dampak positif dari pembangunan Universitas
Negeri Sang Naualuh yang akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Siantar, baik
secara pendidikan maupun aspek ekonominya.
“Sehingga yang secara de-facto kita seluruh masyarakat
Siantar adalah cucu dari Raja Sang Naualuh akan turut merasakan dampak positif
dari hadirnya Universitas Negeri Sang Naualuh,” katanya.
Dia berkeyakinan perguruan tinggi negeri ini bisa berkembang,
salah satunya dengan memperhatikan jumlah potensi peminat calon mahasiswa sudah
terukur dengan banyaknya jumlah SMA/SLTA di Siantar, serta peluang anak-anak
luar daerah kuliah di Universitas Negeri Sang Naualuh.
“Nilai-nilai Sang Naualuh akan hidup di Siantar jika
kerinduan ini dapat segera dilaksanakan. Karena akan ada universitas yang
menghidupi pemikiran-pemikiran Raja Siantar itu. Sesungguhnya memerangi
kemiskinan tanpa pendidikan adalah sebuah tindakan yang sia-sia,” pungkasnya. (red)